kerusuhan mesir |
Dua belas orang tewas di Alexandria dan tiga orang lainnya di Kairo
dalam bentrokan antara pendukung dan penentang Presiden Mohammed Morsi.
Kekerasan terjadi setelah tiga demontran pro Morsi tewas oleh pasukan keamanan di ibukota.
Sebagian besar korban tewas dalam
bentrokan di Alexandria akibat tembakan senjata, seperti disampaikan Amr
Nasr, kepala layanan darurat di kota tersebut.
Dia mengatakan kepada kantor berita Mena, bahwa 200 orang terluka dalam bentrokan di kota terbesar kedua di Mesir tersebut.
Sebelumnya, setelah sholat Jumat, pendukung
Morsi melakukan demonstrasi di Kairo termasuk di depan masjid Rabaa
al-Adawiya yang melibatkan ribuan orang.
Kondisi memanas ketika sebuah kerumunan mengarah ke kantor pusat Keamanan Republik, dimana Morsi diduga ditahan.
Kemudian, pasukan keamanan mengarahkan tembakan ke arah kerumunan tersebut.
Tiga orang tewas dan puluhan lainnya terluka,
termasuk wartawan BBC Jeremy Bowen, yang mengalami luka dikepala akibat
terserempet peluru.
Jumat sore, puluhan ribu orang pendukung Ikhwanul Muslimin, memadati lapangan didekat masjid.
Salah seorang pemimpin Ikhwanul Muslimin,
Mohammed Badie, mengatakan kepada demonstran : "Kita akan bertahan di
lapangan sampai kita membawa Morsi kembali ke berkuasa."
Dia mengatakan protes dilakukan secara damai dan meminta tentara agar tidak mengarahkan senjata kepada mereka.
Pasukan keamanan kemudian memulihkan keamanan di
Kairo, tetapi pejabat mengungkapkan bentrokan yang terjadi menyebabkan
26 orang tewas dan 318 orang terluka diseluruh Mesir.
Militer menggulingkan Morsi dari kekuasaannya pada Rabu (3/7) setelah jutaan orang menggelar protes mengkritik kepemimpinannya.
Morsi yang merupakan pemimpin pertama yang
dipilih melalui pemilihan langsung, berada dalam tahanan bersama dengan
sejumlah tokoh senior dari Partai Ikhwanul Muslimin.
Media pemerintah melaporkan wakil ketua Ikhwanul
Muslimin Khairat el-Shater juga telah ditahan di kediamannya di Kairo
diduga melakukan penghasutan dalam kekerasan yang terjadi di Mesir.
Gerakan pemberontak Tamarod , yang
mengorganisasi protes anti-Morsi – menuduh predisen yang digulingkan itu
memaksakan agenda Islamis yang bertentangan dengan keinginan sebagian
besar warga
Mesir, dan dianggap gagal untuk mengatasi masalah ekonomi.
Kamis (4/7) lalu, Ketua Mahkamah Konstitusi
Mesir Adly Mahmud Mansour, diambil sumpah sebagai presiden sementara,
dan menjanjikan akan menggelar pemilu dalam waktu dekat.(BBCI)
0 komentar:
Posting Komentar