Ramadhan Mubarok merupakan
bulan penuh kemenangan dan keberkahan bagi umat Islam. Kejayaan Islam
tidak dapat dilepaskan dari Bulan Ramadhan. Kemenagan yang terbentang
dari peristiwa Badar Al-Kubra hingga proklamasi kemerdekaan Indonesia
itu terjadi di bulan penuh berkah ini. Marilah kita lihat satu persatu
kemenangan itu.
Badar Al-Kubra, 17 Ramadhan 2 H.
Inilah peristiwa yang begitu menyejarah. Tonggak awal lahirnya
peradaban yang mampu menggoyang dua kekuatan besar saat itu, Persia dan
Romawi. Saat itu, 314 orang Islam berperang melawan 1000 orang kafir
Quraisy. Sesungguhnya pada saat itu, umat Islam tidaklah berada dalam
posisi siap untuk berperang karena hanya akan mencegat para kafilah
dagang Quraisy. Tapi, Allah berkehendak lain. Pasukan kafir Quraisy
Mekah terlanjur bersemangat untuk menyerang umat Islam. Bahkan, Abu
Jahal berkata, “kita tidak akan kembali hingga mencapai Badar.” Maka
pecahlah peperangan di antara kaum Muslim dan orang-orang kafir Quraisy.
Dahsyatnya peperangan itu tergambar dari ucapan Rasulullah Saw, “Ya
Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini, tentu Engkau tidak akan
disembah lagi, ya Allah. Kecuali jika Engkau menghendaki untuk disembah
untuk selamanya setelah hari ini.” Tercatat 14 muslim, 6 dari kaum Muhajirin dan 8 dari kaum Anshar menjemput ke-syahid-annya.
Sementara dari pihak kaum kafir Quraisy, tercatat 70 orang tewas dan 70
lainnya ditawan. Peperangan ini berakhir dengan kemenangan
gilang-gemilang pasukan Islam yang terjadi pada tanggal
Fathu Mekah, 10 Ramadhan 8 H.
Rasulullah dan pasukan Islam bergegas menuju Mekah. Penyebabnya adalah
pelanggaran terhadap perjanjian Hudaibiyah yang memperbolehkan pihak
manapun untuk bergabung dengan umat Islam atau dengan orang Quraisy
Mekah. Saat itu, Bani Bakr yang bergabung dengan Quraisy Mekah meminta
bantuan untuk menyerang Khuza’ah, kabilah yang memilih bergabung dengan
Rasulullah Saw. Permintaan ini disanggupi orang-orang Quraisy hingga
terjadilah pelanggaran terhadap perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah Saw.
kemudian memimpin langsung pasukan yang berjumlah 10000 orang itu
memasuki kota Mekah. Kedatangan Rasulullah Saw. bersama umat Islam dalam
jumlah besar ini mendatangkan rasa takut yang luar biasa pada penduduk
Mekah, hingga Abu Sufyan berkata, “celakalah kalian jika mengikuti hawa
nafsu. Muhammad datang membawa pasukan yang tak mungkin kalian tandingi!
Barangsiapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia selamat.”
Rasulullah pun memasuki kota Mekah dan langsung menuju Kakbah untuk
menghancurkan 360 berhala yang mengotori kesuciannya. Penghancuran ini
menandai jatuhnya kota Mekah ke tangan umat Islam. Dari sinilah,
Rasulullah Saw. kemudian mengirim pasukan menuju wilayah jazirah Arab
yang lain supaya tunduk dan beriman kepada Allah SWT.
Selat Gibraltar, Ramadhan 92 H.
Thariq bin Ziyad melakukan hal yang tidak masuk akal dengan membakar
hampir semua kapal yang membawa ia dan pasukannya menuju Andalusia.
Tindakan yang kemudian melecut semangat pasukan Islam untuk menaklukkan
Andalusia dan mendirikan pemerintahan Islam yang tegak hingga 7 abad
lamanya.
Palestina, Ramadhan 584 H.
Shalahuddin al-Ayubi memperoleh kemenangan besar-besaran atas pasukan
Salib Eropa. Tentara Islam menguasai daerah-daerah yang sebelumnya
diduduki orang-orang Kristen. Setelah sebelumnya memporak-porandakan
kekuatan pasukan Salib di bawah komando Raja Richard III dari Inggris.
Raja Richard ini terkenal ganas dan buas, itu sebabnya ia sering
dijuluki Richard The Lion Heart—Richard yang berhati Singa. Namun,
nyatanya ia bertekuk lutut di hadapan Shalahuddin al-Ayubi yang gagah.
Kemenangan itu mengakhiri cengkeraman kekuasaan pasukan Salib atas bumi
Palestina. Sejak saat itu, Palestina kembali ke pangkuan Islam.
Ain Jalut, 24 Ramadhan 658 H.
Islam sedang mencapai titik nadir akibat serangan bangsa Tartar yang
begitu dahsyat. Hampir-hampir tidak ada tanda-tanda kemenangan akan
menghampiri pasukan Islam hingga kemudian Muzaffar Quthz memimpin
pasukan Islam mengalahkan pasukan Tartar. Muzaffar Quthz berhasil
membangkitkan semangat kaum Muslim dengan syair-syair yang menggambarkan
kejayaan Islam dan mengatakan bahwa perjuangan ini bukan hanya semata
urusan wilayah, melainkan lebih daripada itu, yakni perjuangan agama.
Syair-syair yang dikumandangkan Muzaffar Quthz membawa hasil dengan
dikalahkan pasukan Tartar yang terkenal tangguh dan ganas.
Kontantinopel, Ramadhan 874 H. Sultan
Muhammad Al Fatih memimpin pertempuran penaklukkan benteng
Konstantinopel. Setelah 52 hari belum berhasil menaklukkan benteng
Konstantinopel sepanjang 33 km, Sultan Muhammad Al Fatih memerintah
pasukan yang ada di selat Bosphorus menaikkan 37 perahu perangnya
melintasi bukit sepanjang 5 km guna menghindari rantai raksasa yang
dipasang melintang oleh pasukan raja Constantine untuk menghalangi kapal
perang lawan melintasi selat Bosphorus.
Tepat saat memasuki waktu
sholat Subuh seluruh kapal perang tersebut berhasil melintasi bukit
tersebut. Usai sholat Subuh, pasukan kapal perang inipun menggempur
benteng Konstantinopel dari arah belakang. Dengan ijin Allah SWT,
bersamaan dengan itu pasukan darat yang dipimpin langsung oleh Sultan
Muhammad Al Fatih mampu menerobos gerbang utama benteng Konstantinopel
dan diikuti oleh pasukan darat lain yang menggempur benteng
Konstantinopel tersebut dari sisi kanan gerbang utama.Tepat pada hari ke
53 takluklah benteng Konstantinopel dan kemudian gereja Haia Sofia
diubah menjadi masjid dengan Muhammad Al Fatih, Sang Panglima menjadi
imam sholat karena yang paling dawam sholat berjamaahnya & paling
dawam shoum sunnahnya.
Jakarta, 8 Ramadhan 1362H. Bangsa
Indonesia berhasil meraih kemerdekaan yang telah lama diimpikannya,
ketika Soekarno membacakan teks pidato singkat yang berisi pernyataan
kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebuah kemerdekaan yang ditebus dengan
harga mahal dengan pengorbanan para pahlawan Indonesia. Untuk merdeka,
tak terhitung berapa banyak perjuangan para ulama dalam menolak upaya
penjajahan bangsa asing dari Indonesia hingga kemudian perjuangan itu
Allah bayar tunai dengan kemerdekaan Indonesia.
Kisah-kisah di atas sudah sepantasnya
membuat kita berpikir kembali akan hakikat Ramadhan sebagai bulan
kemenangan. Kemenangan Islam begitu banyak diraih di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, mari kita renungkan bahwa kemenangan tersebut tidak
diraih dengan mudah. Ada pengorbanan yang harus dibayar untuk mencapai
itu semua. Pengorbanan yang hanya dapat diberikan oleh mereka yang
memiliki kekuatan iman yang besar kepada Allah. Dalam Q.S. Al-Hujuraat
(49) ayat 15, Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang
beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan
Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar.”
Ramadhan pun terlalu sayang untuk hanya
dijadikan sebagai bulan yang membuat kita tidak bersemangat dalam
melakukan aktivitas kebaikan. Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang
yang telah mendahului kita memberikan contoh yang sempurna akan Ramadhan
terbaik. Ramadhan terlalu indah hanya untuk diisi dengan kegiatan yang
sia-sia. Tidur tidaklah dilarang di bulan Ramadhan. Namun, alangkah
sayangnya jika hari-hari di bulan Ramadhan hanya diisi dengan kegiatan
tidur.
Padahal, Ramadhan adalah bulannya Alquran sehingga begitu sayang
jika selama Ramadhan kita hanya membuat target yang rendah dalam membaca
Alquran. Ramadhan juga adalah bulan mujahadah, bulannya orang yang
bersungguh-sungguh. Islam tidak akan mencapai kemuliaan jika orang-orang
terdahulu memaknai Ramadhan sebagai bulan istirahat.
Bayangkan jika
Rasulullah Saw. dan para sahabatnya mengeluh karena di puasa pertama
mereka—sejak disyariatkan pada tahun 2 Hijriyah—mereka harus menahan
panasnya terik matahari dan harus berperang melawan pasukan yang lebih
besar dalam keadaan berpuasa. Hanya kekuatan iman yang dapat mengalahkan
kemalasan yang muncul.
Ramadhan adalah bulan mulia. Allah SWT
menurunkan malam yang lebih baik daripada beribadah selama seribu bulan
di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Begitu mulia dan istimewanya malam
itu, hingga Rasulullah melakukan i’tikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Sungguh beruntung orang yang berhasil mendapatkan Lailatul Qadar. Sebuah karunia yang begitu nikmat. Semoga kita berhasil mendapatkan Lailatul Qadar.
Dengan demikian, jadikanlah momentum
Ramadhan ini sebagai awal dari perubahan besar di hidup kita. Kita harus
keluar sebagai pemenang selepas Ramadhan ini.
(wawasanislam)
0 komentar:
Posting Komentar