R. Siti Nuraeni |
Berikut ini wawancara ekslusif wartawan pks-sukmajaya.org Fitri dengan Calon Anggota Dewan PKS Dapil Kec. Sukmajaya no urut. 5
Cuaca
hari ini begitu terik, hembusan sang bayupun menerbangkan debu-debu
di sisi jalan. Memasuki perumahan GIP di kawasan Depok Timur yang
nyaman dan asri, mampu membuatku merasakan semilir angin yang
menghangatkan. Kedatanganku siang itu disambut senyum manis oleh
Ustazah Raden Siti Nurani. “Panggil saja, saya bu Rani, dan bukan
bu Raden loh, karena lebih familiar di masyarakat” ungkap ibu dari
lima anak ini samil tertawa.
Raden…hmm…apa
ibu ada keturunan bangsawan, pertanyaan itu akhirnya terlontar juga
kepada beliau. “Ya, ibu dan ayah saya masih keturunan Sultan Hamid
II, Cianjur. Kakek saya berpesan, agar nama Raden tetap dipakai, agar
kelak keturunannya mampu mendapatkan pendidikan yang tinggi”, jelas
istri dari Bapak Rudy Rahardjo ini dengan semangat.
Ustazah
Rani adalah Calon anggota legislative yang diusung dari DPC PKS
Sukmajaya, dapil Sukmajaya. Menjadi nomer kelima dalam urutan caleg
yang diajukan.
Bagaimana
rasanya mendapat amanah menjadi Caleg?
Semua
amanah da’wah tidaklah mudah, semuanya harus kita pikul dengan
bersungguh-sungguh. Yang menjadikan amanah da’wah itu ringan adalah
rasa kecintaan yang kita miliki terhadap da’wah. Sebelumnya, da’wah
kampus, da’wah perkantoran. Da’wah keluarga, da’wah lingkungan,
pernah saya alami dan semuanya sangat berharga dan berat. Dan
sekarang, saya diberi amanah untuk berda’wah dalam pemerintahan,
dimana saya harus berhadapan dengan masyarakat yang begitu komplek,
dan saya harus berjuang penuh menuju kesana, letak kemuliaan itu
terdapat dari rasa keikhlasan, karena semua amanah da’wah adalah
istimewa. “Menjadi caleg bukanlah merupakan keutamaan dan tidak
menjadi caleg bukanlah suatu kenistaan” jelas Bu Rani seraya
memperlihatkan barisan giginya yang putih.
Bagaimana
tanggapan suami dan anak-anak ibu ?
Alhamdulillah
saya mempunyai suami dan anak-anak yang sangat memberikan dukungan
kepada saya. Ketika saya mendapat amanah menjadi caleg, jujur, ada
rasa khawatir juga, karena saya adalah manusia biasa dan bukan super
women yang dapat mengerjakan semuanya sendiri tanpa bantuan orang
lain. Anak-anak sudah saya kondisikan dari kecil, bahwa mereka adalah
anak-anak pejuang, yang harus siap setiap saat, harus mampu menjaga
diri, dan saling menjaga sesamanya. Alhamdulillah semenjak saya
mengenal da’wah, sayapun tidak pernah cuti dari da’wah, walau
kondisi saya habis melahirkan. “Saya ini bagaikan peluru yang siap
dilontarkan kemana saja, namun bukan berarti saya mengabaikan
kewajiban saya sebagai istri dan ibu bagi keluarga saya dan keluarga
tetaplah nomer satu” ungkap Bu Rani yang menjabat sebagai ketua
Salimah Pengurus Cabang Sukmajaya ini dengan semangat.
Aktivitas
apa saja yang ibu lakukan?
“Optimalkan
keimanan, kecerdasan dan perasaan untuk hidup mulia didunia dan
akhirat”, itu adalah motto hidup yang saya jalani, jadi selain
ketua Salimah Sukmajaya, saya juga aktif di Komisi Pemberdayaan
Perempuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kota Depok, Da’wah
instansi dan perkantoran Yayasan Ibu Harapan,ketua JLW (Jaringan
Lembaga wanita) DPD PKS Kota Depok dan membina sekitar 20 Majelis
Ta’lim yang berada di lingkungan Sukmajaya dan Depok. Subhanallah.
Apa
yang menjadi tantangan bagi seorang caleg ?
Imam
Syafe’I mengatakan “barangsiapa yang masuk kubur tanpa amal
bagaikan berlayar tanpa perahu”. Ketika kita mendapatkan medan
da’wah apapun dan dimanapun, kita harus siap, berjuang sekuat
tenaga dan bersungguh-sungguh. Kesiapan dan kesungguhan seorang
muslim sejati tidak diukur dengan jabatan yang ditawarkan. Mental,
fisik dan materi menjadi hal yang harus kita siapkan sebaik mungkin
dan kesungguhan itu mau tidak mau harus kita praktekkan dalam
menjalankan semua amanah da’wah yang ada.
Jika Ibu terpilih nanti, kira-kira program apa yang akan diusung ?
Menjadi
caleg adalah sebuah perjalanan dalam hidup saya. Terpilih atau
tidaknya, itu bukan suatu tujuan akhir dari perjalanan da’wah ini.
“Membangun Keluarga Indonesia Penuh Berkah dengan Cinta, Kerja dan
Harmoni, adalah misi yang saya usung dan insya Allah akan saya
tuangkan kedalam program kerja saya nanti” jelas bu Rani yang dulu
sempat bekerja sebagai Teknisi navigasi penerbangan ini dengan senyum
yang merekah.
Selendang
orange mulai meredupkan cahayanya, bias sinarnya tampak menggantung
manja. Kugenggam erat tangan beliau, banyak sekali ilmu yang
kuperoleh. Senja menungguku pulang…(V3)
|
0 komentar:
Posting Komentar