Sabtu, 13 Juli 2013

AS Merestui Sikap Jerman Terhadap Permintaan Dibebaskannya Mursi

Unjuk rasa akbar yang diikuti puluhan ribu warga Mesir pendukung presiden terguling Mohamed Morsi berhasil menarik perhatian dunia. Unjuk rasa itu menyeimbangi unjuk rasa serupa para penentang Morsi di tempat berbeda. Menanggapi semakin gentingnya situasi Mesir akibat adanya dua kelompok bertikai itu, Amerika Serikat (AS) akhirnya bersikap lebih tegas terhadap kudeta militer atas presiden hasil pemilu demokratis pertama di Negeri Piramid itu. 

Menyusul seruan Jerman terkait perlunya semua pihak di Mesir menahan diri dan memberikan kesempatan badan terpecaya dunia seperti Palang Merah Internasional menemui Morsi yang dilanjutkan dengan pembebasan presiden terguling tersebut, AS untuk kali pertama menyatakan sikap serupa. Pernyataan itu dikemukakan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki.

Sebagaimana dikabarkan Reuters, Jumat (12/7/2013) petang waktu setempat atau Sabtu (13/7/2013) pagi WIB, kala itu Jen Psaki ditanyai wartawan terkait sikap Washington atas seruan Kementerian Luar Negeri Jerman agar Morsi dibebaskan. Ia tegas menyatakan, “Kami setuju.”
Meski demikian Jen Psaki menolak mengatakan apakah AS telah secara resmi menyampaikan sikap tersebut kepada militer Mesir ataupun pemerintahan sementara bentukan mereka. Guna mengisi kekosongan kekuasaan militer memang telah menunjuk Ketua Mahkamah Agung Adli Mansour sebagai presiden sementara menggantikan Morsi.

Dari Kairo, Reuters mengabarkan jumlah jemaah Ikhwanul Muslimin pengunjuk rasa, Jumat kemarin semakin bertambah jumlahnya. Kerumunan massa itu membengkak setelah datangnya tambahan jemaah yang menumpang bus dari pelbagai provinsi lain di seluruh penjuru Mesir ke ibu kota. “Kami di sini dan kami tidak akan pergi,” tegas Amir Ali, yang mengaku harus menempuh perjalanan lima jam dari Kota Nil bersama istri dan dua anaknya untuk bergabung puluhan ribu demonstran.

Jemaah Ikhwanul Muslimin sebagaimana dikabarkan pelbagai jaringan media massa internasional memang tak berniat berdemonstrasi di tempat itu, melainkan untuk menduduki Kota Kairo dari Lapangan Rabiah Al-Adawiyah. “Kami datang dengan anak-anak kami guna mendukung legitimasi, demokrasi, dan presiden sipil kami, presiden pertama yang dipilih secara demokratis di dunia Arab,” terang Amir.

Sementara itu, di Lapangan Tahrir, ribuan orang juga berkumpul untuk menghadiri perayaan bulan suci Ramadhan yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok yang menyerukan pengunduran diri Morsi. Kedua kelompok massa itu hanya berjarak beberapa ratus meter. Kenyataan itulah yang membuat dunia khawatir bakal terjadinya lebih banyak kekerasan di Negeri Piramida itu (HJ)

0 komentar:

Posting Komentar