Unjuk rasa akbar yang diikuti puluhan ribu warga Mesir pendukung
presiden terguling Mohamed Morsi berhasil menarik perhatian dunia. Unjuk
rasa itu menyeimbangi unjuk rasa serupa para penentang Morsi di tempat
berbeda. Menanggapi semakin gentingnya situasi Mesir akibat adanya dua
kelompok bertikai itu, Amerika Serikat (AS) akhirnya bersikap lebih
tegas terhadap kudeta militer atas presiden hasil pemilu demokratis
pertama di Negeri Piramid itu.
Menyusul seruan Jerman terkait
perlunya semua pihak di Mesir menahan diri dan memberikan kesempatan
badan terpecaya dunia seperti Palang Merah Internasional menemui Morsi
yang dilanjutkan dengan pembebasan presiden terguling tersebut, AS untuk
kali pertama menyatakan sikap serupa. Pernyataan itu dikemukakan juru
bicara Departemen Luar Negeri AS Jen Psaki.
Sebagaimana dikabarkan Reuters, Jumat (12/7/2013) petang waktu
setempat atau Sabtu (13/7/2013) pagi WIB, kala itu Jen Psaki ditanyai
wartawan terkait sikap Washington atas seruan Kementerian Luar Negeri
Jerman agar Morsi dibebaskan. Ia tegas menyatakan, “Kami setuju.”
Meski demikian Jen Psaki menolak mengatakan apakah AS telah secara
resmi menyampaikan sikap tersebut kepada militer Mesir ataupun
pemerintahan sementara bentukan mereka. Guna mengisi kekosongan
kekuasaan militer memang telah menunjuk Ketua Mahkamah Agung Adli
Mansour sebagai presiden sementara menggantikan Morsi.
Dari Kairo, Reuters mengabarkan jumlah jemaah Ikhwanul
Muslimin pengunjuk rasa, Jumat kemarin semakin bertambah jumlahnya.
Kerumunan massa itu membengkak setelah datangnya tambahan jemaah yang
menumpang bus dari pelbagai provinsi lain di seluruh penjuru Mesir ke
ibu kota. “Kami di sini dan kami tidak akan pergi,” tegas Amir Ali, yang
mengaku harus menempuh perjalanan lima jam dari Kota Nil bersama istri
dan dua anaknya untuk bergabung puluhan ribu demonstran.
Jemaah Ikhwanul Muslimin sebagaimana dikabarkan pelbagai jaringan media massa internasional memang tak berniat berdemonstrasi di
tempat itu, melainkan untuk menduduki Kota Kairo dari Lapangan Rabiah
Al-Adawiyah. “Kami datang dengan anak-anak kami guna mendukung
legitimasi, demokrasi, dan presiden sipil kami, presiden pertama yang
dipilih secara demokratis di dunia Arab,” terang Amir.
Sementara itu, di Lapangan Tahrir, ribuan orang juga berkumpul untuk
menghadiri perayaan bulan suci Ramadhan yang diselenggarakan oleh
kelompok-kelompok yang menyerukan pengunduran diri Morsi. Kedua kelompok
massa itu hanya berjarak beberapa ratus meter. Kenyataan itulah yang
membuat dunia khawatir bakal terjadinya lebih banyak kekerasan di Negeri
Piramida itu (HJ)
0 komentar:
Posting Komentar