Rabu, 17 Juli 2013

Penguasa Arab Khianati Ikhwanul Muslimin

Add caption


Hampir dua pekan sudah dan kerusuhan Mesir tak akan berhenti mengirim gelombang optimisme ke mereka yang terampas hak-haknya di seluruh dunia; kalau masyarakat yang sadar dan bersatu – Mau dia Islam atau Kristen, di pesisir atau di jantung kota, tua atau muda, bersandal atau berpantopel, berkursi roda atau penggila salon – bisa saling meruwat, menjaga dan melindungi diri dari teror anjing-anjing rezim favorit Amerika dan Israel; kalau darah yang tumpah karena teror itu ‘murah’ dibanding kembalinya harga diri, kehormatan, hak-hak, kemuliaan dan harga diri bangsa yang digarong segelintir rezim dan korporasi asing.

Benar, ketidakpuasan popular atas keadaan bahaya ekonomi adalah salah satu alasan utama yang mendorong jutaan warga Mesir turun ke jalan-jalan sebagai protes kebijakan Morsi sejak pemilu tahun lalu.

Benar, selama dua tahun terakhir, pergolakan politik dan goyahnya ekonomi kapitalis kroni Mesir  terlihat dalam neraca cadangan devisa negara yang menurun drastis hampir 60 persen, turun dari USD 36 miliar menjadi USD 15 miliar. Terjun bebas, karena dana negara dialokasikan untuk menutupi biaya impor, yang menyebabkan kekurangan dan inflasi melambung, dan ini semua melanda mayoritas rakyat miskin.

Dan kini, usai kudeta berdarah, janji-janji  monarki Arab Teluk Persia merupakan kabar sedap dan lezat  yang katanya untuk menstabilkan Mesir terkudeta. Arab Saudi dengan mudah merogoh kocek meneteskan  5 miliar dollar, sementara Uni Emirat Arab, 3 milyar dollar dan terbaru,  Kuwait dengan janji 4 milliar dollar. Sebuah tali temali restu penggulingan Ikhwanul Muslimin di Mesir oleh junta militer didikan Amerika Serikat.
Gerojogan dana Arab-Arab Teluk yang mendongkel dominasi bantuan tahunan bilateral Amerika Serikat ke Mesir, yang “hanya” sebesar USD 1,5 miliar.

Belum lagi,  janji gerojogan Dana Moneter Internasional (IMF) yang  masih dalam negosiasi,  sekitar 4,8 miliar dollar.
Lalu mengapa  penguasa Arab tiba-tiba berubah menjadi sinterklas untuk  “menyelamatkan” Mesir  setelah pesta pora kudeta berdarah atas kepemimpinan sah, Ikhwanul Muslimin.

Mengapa upaya penyelematan Mesir malah menggulingkan pemerintahan berdaulat yang dipilih secara demokratis oleh rakyat? Mengapa pula Riyadh menyatakan dukungan atas penggulingan kudeta berdarah oleh tentara didikan AS? Mengapa Riyadh mengklaim semata demi menciptakan “perdamaian, rekonsiliasi, dan stabilitas jangka panjang” dengan menjungkalkan pemerintahan sah yang dipilih secara demokratis?

Di Mesir, belum lagi orang bisa memamah dengan baik api kemanusiaan revolusi setahun lalu, tiba-tiba sesuatu yang sama sekali lain meletus dan ada suara-suara sumbang selalu trengginas menggiring perhatian orang banyak  dan melupakan peran distorsi Arab Saudi, Qatar, Yordania dan Kuwait dalam tumpah darah.

Nampak kerusuhan demi kerusuhan dan penjugkalan pemerintahan berdaulat di Mesir diolah koran, teve dan situs denhan menyanjikannya ke piring publik seperti kudapan hangat bervitamin besar dan berenergi, bahwa Arab-Arab  tersebut telah mengubah jubah sinterklas?

Ada pertikaian, ada pembantaian, ada genosida, ada kudeta militer . Tapi pelaku elemen-eleman tragedi itu kurang lebihnya sama di ruang-ruang pemberitaan, disanjung bak malaikat dari langit, sementara media memoles teriakan rakyat disana dengan simbol Islam yang sangar dan barbar.

Di Mesir, ada darah dan api, ada tumpahan nyawa, ada luka dan isak tangis, derita dan kegetiran mereka yang hak-hak paling manusiawi diabaikan. Derita gerakan perjuangan, derita Ikhwanul Muslimin yang dikhianati oleh bangsa Arab pengabdi AS dan Israel.

Begitulah koran, teve dan situs membingkai tragedi kemanusiaan di Mesir itu dengan kehebatan, bahwa Arab Saudi adalah ‘milik masyarakat internasional’ dengan angkuh ‘meminjam’ kesucian dua masjid suci umat Islam yang dalam penguasaan Keluarga Saud, dinasti penguasa Arab Saudi berkedok Islam.

Tikaman belati kemarahan ini kian dalam dengan ikut berteriaknya puluhan lembaga yang mengklaim sebagai pembela hak asasi, dari Liberal hingga pemerintah Amerika Serikat.
Kemarahan yang aneh mengingat banyak di antara pengecam yang bahkan tak pernah bersuara pada mereka yang mati karena kelaparan, yang jadi bodoh dan miskin karena hak-hak hidupnya dirampas.  Kemarahan di antara mereka yang juga tak pernah berani mengutuk penjajahan Amerika Serikat di Irak dan Afghanistan, atau genosida Israel di 

Palestina, atau pada korporasi-korporasi Barat yang tak pernah berhenti mengisap darah dan nyawa dan rumah dan peluang hidup berjuta-juta orang di seluruh dunia.
Pembunuhan warga sipil tentu saja tindakan laknat dan terlaknat. Tapi orang jarang bertanya kenapa hal itu bisa terjadi dan kenapa sekarang waktunya?  Dan kenapa di Mesir?

Sebab mungkin dari Mesir tumbuh Islam besar yang akan menghancurkan kediktatoran penguasa-penguasa dhalim bergincu Islam. Islam yang besar akan menghempaskan kekuasaan Arab-Arab berigal, di Yordania, di Kuwait  di Uni Emirat Arab, di Qatar dan di Arab Saudi tengah bergolak hebat.  Ikhwanul Muslimin muak dengan ketimpangan dan kelaliman herder-herder AS dan Israel.

Gerakan Islam di Mesir adalah ekspres kehendak jutaan orang di Timur Tengah, dan dunia yang akan menghempaskan kendali Barat-Israel dan kemudian menghancurkannya. Dominasi Barat-Israel dukungan Arab-Arab, akan  dipatahkan dari Mesir. Dan dominasi itu selama ini terus berjalan dan berjalan dengan sumbu penguasa Arab, karena itu Ikhwanul Muslimin bergerak dan berontak.

Meski media-media dan opini pro aliansi Arab-Israel- AS membungkus  rapih daging busuk penguasa-penguasa monarki di Timur Tengah dalam kudeta berdarah di Mesir, namun semangat dan cita-cita Islam yang luhur akan menggelinding merobek pinggang-pinggang penguasa dan mengeluarkan bau busuk dari sana.

Kudeta berdarah di Mesir adalah pesta pora bagi mereka yang selama ini tindak dan perbuatannya jauh lebih membunuh; merampas hak, kehormatan dan kemulian warga dan negara lewat kongkalingkong Arab-AS dan Israel, manipulasi, dan persekongkolan berkecap kemanusiaan.

Dan gelora penentangan dari Nasr, tepatnya di bundaran Rabiah Adawiyah Mesir adalah pemberontakan  atas kebijakan pembangunan rezim bentukan kapitalistik, mengawang-awang, dan penuh janji kemakmuran palsu. Sebuah penentangan mulia yang akan dibalas dengan wanti-wanti bakal pecahnya konflik horizontal dan perang saudara terutama dari lingkaran dalam Istana Arab-Arab berigal di Timur Tengah.
[Black Horse Kompasiana]

1.http://english.alarabiya.net/en/views/news/2013/07/10/Egypt-s-coup-sparks-political-shift-in-the-Gulf.html
2. http://www.jpost.com/Middle-East/Gulf-Arabs-see-Egypt-as-ally-against-Iran-318766
3.http://uk.news.yahoo.com/gulf-arabs-greet-egypts-leader-turkey-slams-coup-142203898.html#tcO6r75
4. http://www.countercurrents.org/cc181012A.htm
5. https://en.wikipedia.org/wiki/Arab_Peace_Initiative
6. http://www.al-bab.com/arab/docs/league/peace02.htm
7.http://www.infowars.com/morsi-the-muslim-brotherhood-and-the-globalist-plan-for-africa-and-the-middle-east/
8.http://www.worldtribune.com/2012/09/14/gulf-states-see-obamas-hand-in-rise-of-muslim-brotherhood/
9.http://english.ahram.org.eg/NewsContent/1/64/71312/Egypt/Politics-/QA-with-US-Ambassador-to-Egypt-Anne-Patterson.aspx

0 komentar:

Posting Komentar