Oleh : Ali Muhli, SE.MM *
Masih ingatkah kita ketika di awal
Partai Keadilan (PK) yang sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera
(PKS), pada waktu itu Partai ini menjadi primadona yang sangat
dielu-elukan diseluruh pelosok Negeri ini sehingga kader-kader
disemua level baik struktural ataupun simpatisan merasa bangga dan
percaya diri dimana pun Kita berada tak lupa simbol partai selalu
melekat menjadi aksesoris dalam keseharian.
Dengan perjalanan waktu, ternyata bulan
madu PKS dengan masyarakat kini cepat berlalu, yang dulu memandang Partai ini sangat dipuja-puja dan dicinta kini masyarakat
merasa berkurang kecintaannya bahkan cenderung manyamakan PKS dengan
partai yang ada korup, gila jabatan, dan tidak peduli.
Perubahan persepsi masyarakat terhadap
PKS membawa pengaruh buruk terhadap kader-kader yang tidak siap
dengan ujian cacian terhadap PKS, kini jarang sekali kita menemukan
kader-kader yang sengaja menempelkan aksesoris atau stiker didalam
dirinya atau kendaraan yang ditumpanginya.
Kini terkikis sudahlah kepercayaan diri
seorang kader untuk mengakui bahwa “SAYA KADER PKS” rasa minder
seperti ini harus segera diterapi, karena kalau tidak segara
disembuhkan maka lambat laun diri pribadi kader tidak akan lagi
merasa memiliki.
Beberapa terapi yang harus dilakukan
oleh struktur PKS yang berwenang diantaranya :
- Ciptakan Musuh BersamaCiptakan musuh bersama strategi pertama inilah yang harus dilakukan agar kader-kader yang ada tidak terjebak dengan permasalahan internal atau konflik horizontal kader yang hanya akan menimbulkan perpecahan. Sejarah membuktikan bagaimana rakyat Indonesia Pra kemerdekaan ketika penjajah singgah di bumi ini, semua lapisan bersatu melawan dengan segala cara mereka tidak memikirkan apa yang mereka korbankan, mereka bangga untuk berjuang. Yang ada dipikirannya hanya satu kata “ Merdeka”.
- Menyadarkan Bahwa Kita “Macan” Bukan Seekor “Kucing”
Bagi setiap pejabat struktural yang
diamanahi sebagai ketua, dari level bawah sampai atas harus
menyadari dan berjiwa besar sebagaimana mereka diamanahi manjadi
ketua sesuai dengan posisi kewenangannya. Seperti ketika
kita diamanahkan sebagai Penanggung Jawab Rukun Warga (Pj. RW), maka
kita selayaknya berpikir dan bertindak sebagaimana seorang Ketua
RW, ketika kita diamanahkan sebagai Ketua DPRa maka kita harus bangga
bahwa kita ini sejajar dengan pejabat setingkat Lurah sehingga
wilayah kerja kita seluas Kelurahan. Dan seterusnya. Ketika
pemimpin-pemimpin struktural baik tingkat bawah sampai tingkat atas
menyadari betul atas tanggung jawab atau jabatan yang diamanahkan
maka sesungguhnya diri kita akan sadar bahwa kita adalah “macan”
bukan “kucing” dapur. Kepercayaan diri seorang Ketua maka akan
membawa dampak positif terhadap kepercayaan diri terhadap para kader
yang mengikutinya.
- Strategi Perang Moral
Ubahlah setiap
kegiatan yang dilaksanakan oleh Partai ini yang tadinya menggunakan
cara-cara “bertahan” atau hanya menampilkan isu-isu satu arah
maka kita giring setiap acara yang kita lakukan menjadi perang
terbuka terhadap lawan partai poliyik kita. Dengan strategi bertahan
terkadang mempunyai dampak terhadap moral diri seseorang yang selalu
harus mengalah, menerima, ketika ini terus terjadi delakukan menggunakan strategi bertahan maka diri kita akan memvonis bahwa
kita di partai ini hanya sebagai penderita bukan pemenang. Sebagai
contoh ketika kita melakukan Bakti sosial, yang harus kita usung tema
globalnya yang harus beririsan dengan Tema Besar yang sedang laku
dijual dan lain sebagianya.
Demikianlah tulisan yang saya sampaikan
semoga dapat bermanfaat, mohon maaf apabila banyak kekurangan ,
Wassalam
- Presiden BEM STIE- Jayakarta 2002
- KAMMI Jakarta 2003
- Ketua Bid. Litbang Rohis STIE-STMIK Jayakarta 2002
- Wartawan Media Bogor 2007-2009
- Pengajar Manajemen Resiko dan Manajemen Sumberdaya Manusia Sebagai Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Depok dan Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar