Jumat, 02 November 2012

Terapi Minder Kader PKS

Oleh : Ali Muhli, SE.MM *

Masih ingatkah kita ketika di awal Partai Keadilan (PK) yang sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), pada waktu itu Partai ini menjadi primadona yang sangat dielu-elukan diseluruh pelosok Negeri ini sehingga kader-kader disemua level baik struktural ataupun simpatisan merasa bangga dan percaya diri dimana pun Kita berada tak lupa simbol partai selalu melekat menjadi aksesoris dalam keseharian.

Dengan perjalanan waktu, ternyata bulan madu PKS dengan masyarakat kini cepat berlalu, yang dulu memandang  Partai ini sangat dipuja-puja dan dicinta kini masyarakat merasa berkurang kecintaannya bahkan cenderung manyamakan PKS dengan partai yang ada korup, gila jabatan, dan tidak peduli.

Perubahan persepsi masyarakat terhadap PKS membawa pengaruh buruk terhadap kader-kader yang tidak siap dengan ujian cacian terhadap PKS, kini jarang sekali kita menemukan kader-kader yang sengaja menempelkan aksesoris atau stiker didalam dirinya atau kendaraan yang ditumpanginya.

Kini terkikis sudahlah kepercayaan diri seorang kader untuk mengakui bahwa “SAYA KADER PKS” rasa minder seperti ini harus segera diterapi, karena kalau tidak segara disembuhkan maka lambat laun diri pribadi kader tidak akan lagi merasa memiliki.

Beberapa terapi yang harus dilakukan oleh struktur PKS yang berwenang diantaranya :

  1. Ciptakan Musuh Bersama

    Ciptakan musuh bersama strategi pertama inilah yang harus dilakukan agar kader-kader yang ada tidak terjebak dengan permasalahan internal atau konflik horizontal kader yang hanya akan menimbulkan perpecahan. Sejarah membuktikan bagaimana rakyat Indonesia Pra kemerdekaan ketika penjajah singgah di bumi ini, semua lapisan bersatu melawan dengan segala cara mereka tidak memikirkan apa yang mereka korbankan, mereka bangga untuk berjuang. Yang ada dipikirannya hanya satu kata “ Merdeka”. 

  2. Menyadarkan Bahwa Kita “Macan” Bukan Seekor “Kucing”
    Bagi setiap pejabat struktural yang diamanahi sebagai ketua, dari level bawah sampai atas harus menyadari dan berjiwa besar sebagaimana mereka diamanahi manjadi ketua sesuai dengan posisi kewenangannya. Seperti ketika kita diamanahkan sebagai Penanggung Jawab Rukun Warga (Pj. RW), maka kita selayaknya berpikir dan bertindak sebagaimana seorang Ketua RW, ketika kita diamanahkan sebagai Ketua DPRa maka kita harus bangga bahwa kita ini sejajar dengan pejabat setingkat Lurah sehingga wilayah kerja kita seluas Kelurahan. Dan seterusnya. Ketika pemimpin-pemimpin struktural baik tingkat bawah sampai tingkat atas menyadari betul atas tanggung jawab atau jabatan yang diamanahkan maka sesungguhnya diri kita akan sadar bahwa kita adalah “macan” bukan “kucing” dapur. Kepercayaan diri seorang Ketua maka akan membawa dampak positif terhadap kepercayaan diri terhadap para kader yang mengikutinya.
  1. Strategi Perang Moral
Ubahlah setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Partai ini yang tadinya menggunakan cara-cara “bertahan” atau hanya menampilkan isu-isu satu arah maka kita giring setiap acara yang kita lakukan menjadi perang terbuka terhadap lawan partai poliyik  kita. Dengan strategi bertahan terkadang mempunyai dampak terhadap moral diri seseorang yang selalu harus mengalah, menerima, ketika ini terus terjadi delakukan menggunakan strategi bertahan maka diri kita akan memvonis bahwa kita di partai ini hanya sebagai penderita bukan pemenang. Sebagai contoh ketika kita melakukan Bakti sosial, yang harus kita usung tema globalnya yang harus beririsan dengan Tema Besar yang sedang laku dijual dan lain sebagianya.

Demikianlah tulisan yang saya sampaikan semoga dapat bermanfaat, mohon maaf apabila banyak kekurangan , Wassalam


  • Presiden BEM STIE- Jayakarta 2002
  • KAMMI Jakarta 2003
  • Ketua Bid. Litbang Rohis STIE-STMIK Jayakarta 2002
  • Wartawan Media Bogor 2007-2009
  • Pengajar Manajemen Resiko dan Manajemen Sumberdaya Manusia Sebagai Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Depok dan Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar