Ramadhan 1433 H sebentar lagi akan tiba. Agar kita semangat dan siap menyambutnya, motivasi mengenai
Keutamaan Ramadhan patut untuk kita pahami bersama. Berikut ini taujih Hasan Al Banna bertema
Keutamaan Ramadhan yang beliau sampaikan dalam forum
Hadits Tsulatsa:
Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Kita ucapkan shalawat
dan salam untuk junjungan kita Nabi Muhammad, juga untuk segenap
keluarga dan sahabatnya, serta siapa saja yang menyerukan dakwahnya
hingga hari kiamat. Amma ba'du.
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Ikhwan sekalian, ini adalah malam yang agung lagi mulia. Kita sedang
berada di dalamnya dan menikmatinya karena ia adalah wahana bersatunya
hati yang saling menolong dalam ketaatan kepada Allah dan dalam rangka
mencari ridha Allah. Saya tidak melupakan sentuhan yang tampak di
hadapan saya, menggetarkan perasaan saya, dan mempengaruhi jiwa saya.
Kemarin saya berjalan-jalan bersama seorang akh. Kami memperbincangkan
hal-hal biasa dan umum. Di sela-sela pembicaraan, akh ini mengingatkan
bahwa sekarang hari Senin, dan besok hari Selasa. Sungguh menggembirakan
dan mengesankan, ketika ia berbicara mengenai perasaan aneh yang muncul
pada dirinya. Dengan bersahaja dan nada datar, ia berkata, "Saya sering
menghitung-hitung kedatangan malam tersebut karena kerinduan untuk
berjumpa dengan saudara-saudara saya." Kemudian ia melanjutkan
perkataannya, "Sekarang saya mengeahui hikmah hari Jum'at dan shalat
Jum'at, yang banyak di antara kaum muslimin tidak memperhatikan
rahasianya. Andaikata mereka serius memperhatikan hari Jum'at dan shalat
Jum'at, tentu keadaan mereka tidak sebagai mana sekarang. Ketika
mewajibkan pertemuan-pertemuan ini, Islam melihat tujuan-tujuan luhur di
dalamnya yaitu pertemuan jiwa dan hati yang ikhlas pada hari Jum'at
untuk melaksanakan shalat Jum'at. Sayangnya, manusia melaksanakan shalat
Jum'at sekedar sebagai pelaksanaan kewajiban, yang barangsiapa telah
melaksanakannya, gugurlah kewajiban tersebut darinya dan barangsiapa
belum melaksanakannya maka ia mendapatkan hukuman. Adapun hikmah yang
ada di balik itu telah dilupakan oleh kaum muslimin sehingga pertemuan
hari Jum'at menjadi sebuah pertemuan reflek saja, dan hanya tempat
berjumpa secara fisik, selanjutnya bubar, sedangkan jiwa mereka tidak
berjumpa dan hati mereka tidak bersatu."
Akh tersebut mulai berbicara panjang lebar, sedangkan saya sedikit
kurang perhatian terhadap pembicaraannya, karena ia telah menghujani
saya dengan dua sentuhan.
Pertama,
kegembiraan karena kaum muslimin mulai mengetahui faedah pertemuan ini,
yaitu pertemuan hati dan jiwa. Inilah yang menggembirakan dan
membahagiakan saya, sekaligus membuat saya kurang memperhatikan isi
pembicaraannya.
Kedua, saya khawatir jika waktu
berlalu terlalu lama sementara mereka belum juga mengetahui hikmah
tersebut, sehingga mereka memahami Selasa hanya sebagai hari pelajaran,
melupakan hikmah di balik itu yaitu tolong-menolong dalam rangka
menggapai ridha Allah SWT.
Kita memohon kepada Allah SWT agar mempertemukan kita di dalamnya atas
landasan cinta karena-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar doa.
Ikhwan sekalian, saya pandang bahwa saya perlu mengingatkan masalah
Ramadhan, karena kita berada di ambang pintu Ramadhan dan hampir
menyibukkan diri dalam kewajiban-kewajiban kita di dalamnya. Ramadhan
adalah bulan barakah, rahmat, dan kebahagiaan. Betapa perlunya manusia
merenung sejenak untuk bersiap-siap menyambutnya berikut
kebaikan-kebaikan yang dikandungnya. Ia merupakan bulan yang dihormati
di masa jahiliah, dan ketika Islam datang semakin dihormati dan
dimuliakan. Di bulan ini Allah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia. Betapa perlunya kita menenangkan dan menyadarkan jiwa tentang
hak Ramadhan sebelum menjumpainya.
Ikhwan sekalian, Allah SWT menjadikan bulan ini sebagai bulan yang
agung, memberikan keistimewaan yang banyak sekali kepadanya, serta
menjadikannya sebagai salah satu fase kehidupan yang paling berharga
dan salah satu stasiun perjalanan di atas jalan hidup yang lurus. Pada
bulan itu seorang muslim mencurahkan sebagian besar perhatiannya kepada
Allah, akhirat, dan peningkatan ruhani sebelum peningkatan materi. Ia
adalah bulan ruhani, bulan kebersihan jiwa, bulan munajat, serta waktu
untuk menghadap kepada Allah, memohon pertolongan dari Yang Mahatinggi
lagi Mahabesar, dan menjalin hubungan dengan Al-Mala'ul A'la.
Ia adalah bulan yang mempunyai keistimewaan.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ
مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ
بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى
مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
(Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan)
Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil).
Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan
barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kalian mengagungkan Allah
atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur. (QS. Al-Baqarab: 185)
Ada pemancing perhatian yang indah dan kenikmatan yang luar biasa, yaitu
dihubungkannya kandungan ayat ini dengan ayat yang lain.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ
الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah: 186)
Kemudian ayat ini dilanjutkan lagi dengan ayat lain:
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ
Dihalalkan bagi kalian pada malam hari
puasa bercampur dengan istri-istri kalian; mereka itu adalah pakaian
bagi kalian dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka. (QS. Al-Baqarah: 187)
Ayat mulia ini datang di sela-sela hukum-hukum puasa.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
Diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian. (QS. Al-Baqarah: 183)
Kemudian,
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ
Dihalalkan bagi kalian pada malam hari puasa bercampur dengan istri-istri kalian. (QS. Al-Baqarah: 187)
Dengan serasi dan sempurna ayat ini berhubungan dengan ayat puasa.
Kemudian di antara keduanya Allah SWT mendat angkan ayat lain.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah: 186)
Hakikat agung yang terkandung di dalamnya adalah bahwa Allah SWT
mendorong kita untuk bermunajat dan memohon kepada-Nya pada saat jiwa
dalam keadaan paling dekat kepada Rabb-Nya.
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Agar mereka selalu berada dalam kebenaran (QS. Al-Baqarah: 186)
Bulan Ramadhan adalah bulan permohonan, munajat, hidayah, dan petunjuk
kebenaran. Hendaklah orang yang berpuasa menggembleng diri di dalamnya
dan menjauhkannya dari urusan materi, agar kemanusiaannya meningkat dan
bersambung dengan Rabb-nya.
Banyak hadits yang menarik manusia agar memperhatikan keutamaan bulan
ini, ketinggian kedudukannya, kemuliaan hari-harinya, dan besarnya nilai
taubat di dalamnya, sehingga memacu kaum muslimin untuk menyiapkan diri
menjumpainya serta menyadari bahwa perniagaan di dalamnya pasti
mendatangkan keuntungan. Waktu-waktu yang akan berlalu di dalamnya
sangat berharga, dan kesempatan yang ada merupakan kesempatan emas.
"Wahai pencari kejahatan berhentilah
dan wahai pencari kebaikan kemarilah!"
Hendaklah kaum muslimin mengingatkan diri mereka dengan sabda beliau SAW:
Tiada hari yang merekah fajar padanya kecuali berseru, 'Hai anak Adam,
aku adalah makhluk baru yang menyaksikan amal perbuatan-mu. Maka
ambillah bekal dariku, karena aku tidak akan kembali sampai hari
kiamat."
Ikhwan sekalian, hendaklah Anda benar-benar berusaha agar tidak ada
waktu yang berlalu tanpa amal shalih. Jika Anda lalai, hendaklah kalian
segera menyadari kelalaian Anda. Suatu ketika Hanzhalah ra. menemui Abu
Bakar Ash-Shiddiq ra., dan berkata, "Abu Bakar, saya melihat keadaanku
sebagaimana keadaan orang-orang munafik." Abu Bakaf lnenjawab,
"Mengapa?" Hanzhalah berkata, "Bukankah ketika bersama Rasulullah SAW
ruh kita menjadi lembut dan jiwa kita meningkat, tetapi jika kita
meninggalkan beliau keadaan menjadi berubah-ubah?" Maka Abu Bakar
berkata, "Marilah kita datang kepada Rasulullah SAW!" Nabi SAW bersabda,
"Andaikata keadaanmu sebagaimana ketika di hadapanku, niscaya para
malaikat akan menjabat tanginmu. Tetapi, sewaktu-waktu."
Jadi, terapi atas kelengahan adalah mengingat-ingat, introspeksi diri, dan senantiasa menjalin hubungan dengan Allah SWT.
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
Sesungguhnya oran-orang yang bertaqwa
bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka
ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. (QS. Al-A 'raf: 201)
Bila setan berhasil menimpakan kelalaian pada hati kita dan menjauhkan
kita dari sebagian kebaikan, maka hendaklah kita lebih merrperserius
perjalanan, mengerahkan upaya, dan menghadap kepada Allah.
وَهُوَ الَّذِي يَقْبَلُ التَّوْبَةَ عَنْ عِبَادِهِ
Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya. (QS. Asy-Syura: 25)
Hendaklah manusia melakukan persiapan dengan senantiasa bertaubat,
memohon ampun, dan meninjau lembaran-lembaran masa lalu. Apabila kita
mendapatkan kebaikan, kita memuji Allah, dan apabila kita mendapatkan
keburukan, kita meninggalkannya seraya bertaubat kepada-Nya. "Wahai
pencari keburukan, berhentilah!"
Jika dalam sehari Rasulullah SAW bertaubat seratus kali, sedangkan
sebagaimana Anda tahu, Allah telah mengampuni segala dosa beliau yang
lalu maupun yang akan datang, maka bagaimana pendapat Anda tentang orang
yang diliputi oleh perbuatan maksiat dari segala penjuru serta
tenggelam dalam kesenangan dan syahwatnya. Maka kewajiban kita adalah
memperbanyak istighfar apalagi kita berada dalam bulan suci. Kita
menghadap kepada Allah dengan keimanan sempurna dan keikhlasan yang
tulus, seraya memohon agar Dia memberi kita kemampuan untuk menempuh
sebab-sebab.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murniya,
mudah-mudahan Tuhan kalian akan menutupi kesalahan-kesalahan kalian dan
memasukkan kalian ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai. (QS.At-Tahrim: 8)
Taubat yang murni dan penghadapan yang tulus dengan kembali kepada Allah
SWT adalah salah satu sebab kebahagiaan sempurna pada hari kiamat dan
jalan untuk menyertai Nabi SAW.
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barangsiapa yang menaati Allah
dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para shiddiqin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya. (QS. An-Nisa': 69)
Maka, sejak sekarang hendaklah Anda bersungguh-sungguh menyucikan diri
dari kotoran-kotoran dosa dan maksiat, karena Anda semua menghadapi
kedatangan bulan Ramadhan. Karunia Allah di bulan Ramadhan lebih luas
daripada di waktu lainnya. Maka, persiapkan diri Anda semua untuk
menghadapi kewajiban agung ini. Nabi SAW. bersabda,
Barangsiapa telah didatangi bulan Ramadhan, tetapi tidak mendapatkan
ampunan dari Allah, maka Allah tidak akan memberikan ampunan kepadanya.
Orang yang celaka adalah yang dihalangi dari rahmat Allah SWT pada bulan
Ramadhan. Adalah wajib untuk mengingatkan diri tentang keutamaan bulan
ini dan mempersiapkannya untuk beramal di dalamnya. Ramadhan telah
mendorong amal yang banyak dan kewajiban yang luhur, seperd puasa,
shalat, dzikir, serta membaca kitab Allah yang bisa membersihkan jiwa
dan menghidupkan hati. Nabi SAW bersabda,
Puasa dan Al-Qur'an, pada hari kiamat akan memberikan syafaat kepada
hamba. Puasa berkata, 'Rabbi, aku telah mencegahnya dari makan dan
syahwat, maka perkenankan aku memberikan syafaat kepadanya.' Al-Qur'an
berkata, 'Rabbi, aku telah mencegahnya dari tidur malam, maka
perkenankan aku memberikan syafaat kepadanya.' Maka keduanya di
perkenankan memberikan syafaat kepadanya.
Rasul SAW membaca dan mempelajari Al-Qur'an di hadapan Jibril pada bulan
Ramadhan, sekali. Dan pada tahun terakhir beliau membacanya dua kali.
Dakwah Anda semua adalah dakwah Al-Qur'an, sedangkan Anda sekalian
mengatakan, "Al-Qur'an adalah pedoman hidup kami." Maka, bulan Ramadhan
adalah dakwah Anda. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an dan renungkan
kandungannya, karena Anda akan mendapatkan kenikmatan baru padanya
ketika membaca ulang, sekalipun Anda seorang hafizh (penghafal)
Al-Qur'an. Anda akan merasakan pengaruh yang menakjubkan jika membacanya
dengan penghayatan makna. Jangan berusaha memahaminya dengan mendalami
hal-hal yang pelik-pelik dan kajian yang njlimet, tetapi bacalah
sebagaimana para sahabat Rasulullah SAW membacanya. Barangsiapa
membacanya seperti ini, maka untuk setiap huruf yang dibacanya ia
mendapat sepuluh kebaikan, dan Allah melipatgandakan pahala bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mendengarkan satu ayat dari kitab
Allah, maka ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk pada hari kiamat.
Ketahuilah bahwa bulan ini merupakan bulan sedekah dan kezuhudan
terhadap materi. Karena itu, banyaklah menyantuni fakir miskin.
Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan dan kedermawanan
beliau paling besar terlihat pada bulan Ramadhan. Berusahalah agar, Anda
mempunyai amalan yang tidak Anda tinggalkan selama bulan Ramadhan.
Bersemangatlah dalam melaksanakan shalat tarawih. Kita melaksanakannya
dengan membaca seluruh Al-Qur'an, delapan rakaat. Shalat tarawih
merupakan salah satu sunah muakadah serta syiar dan kekhususan bulan
Ramadhan. Ia adalah wadah tempat hati seorang muslim berhubungan dengan
Tuhannya. Nabi SAW didatangi oleh Jibril pada bulan Ramadhan, lantas
membacakan Al-Qur'an di hadapannya. Karena Ramadhan adalah puasa di
siang hari sekaligus cocok untuk menjadi bulan bangun di malam hari,
sedangkan malam sangat cocok untuk dilaksanakan shalat. Jumlah rakaat
dalam shalat tarawih adalah delapan, itulah yang dilaksanakan oleh
Rasulullah SAW. Bisa pula dua puluh rakaat, yaitu sebagaimana yang
dilaksanakan oleh Umar ra. Ada pula yang melaksanakan tiga puluh enam
rakaat, dan ini sebagaimana yang dilaksanakan oleh penduduk Madinah.
Masing-masing mempunyai dasar dari sunah.
Tujuan pelaksanaan shalat tarawih adalah menjalin interaksi dengan Allah
dan Kitabullah. Disunahkan untuk memanjangkan shalat tarawih ini.
Shalat tarawih tidak dimaksudkan untuk memperbanyak rakaat saja,
sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan orang, sambil melaksanakannya
secara tergesa-gesa sehingga menjadikannya cacat, sementara mereka lupa
bahwa shalat tarawih ddak lain untuk menikmati kitabulah dan inilah
rahasia di dalamnya. Jika ada pertentangan antara kedua hal itu, maka
mencukupkan dengan delapan rakaat panjang lebih baik daripada dua puluh
rakaat dengan tergesa-gesa. Diriwayatkan dari Abu Bakar ra. yang
berkata, "Kami meninggalkan shalat tarawih, agar orang-orang yang
berpuasa bisa segera makan sahur, lantaran khawatir terbitnya jajar. "
Mereka biasa membaca seluruh surat Al-Baqarah, bersandar di atas tongkat
karena lamanya berdiri dan membaca, sehingga mereka bisa menkmati kitab
Allah. Yang dikehendaki dalam pelaksanaan shalat ini adalah perhatian
terhadap jiwa pensyariatannya, pelaksanaannya sebaik mungkin, dan
pemanfaatan kesempatan untuk mendengar bacaan Al-Qur'an. Adapun acara
ritual yang dilakukan oleh sebagian umat Islam sehingga menimbulkan
suara gaduh di masjid, seperti shalawat dan kalimat
la ilaha illallah wahdahu la syarikalah...
dst. yang mereka baca dengan suara keras, itu sama sekali bukan
termasuk dalam ajaran agama. Menghadapi keadaan ini, seorang mursyid
harus berlaku lemah lembut dalam dakwah dan menggunakan kebijaksanaan
dalam memberikan bimbingan, tanpa kekerasan.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (QS. An-Nahl: 125)
Jika kita mempunyai kekuatan, maka kita bisa memaksa mereka, tetapi jika
tidak, maka kita harus mengajak mereka dengan lemah lembut.
وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS. An-Nur: 54)
Yang bertanggung jawab terhadap kondisi seperti ini adalah Departemen
Wakaf dan Al-Azhar Asy-Syarif. Tidak perlu menciptakan persengketaan
antara seorang muslim dengan saudara muslim lainnya. Menjaga persatuan
adalah kewajiban, sedangkan shalat tarawih adalah sunah. Menjaga
kewajiban itu lebih utama daripada menjaga sunah. Para da'i dan mursyid
berkewajiban untuk mengarahkan perhadan para pemimpin mereka untuk
memperbaiki keadaan ini dengan bijaksana. Hendaklah Anda semua
senantiasa menjaga pelaksanaan sesuatu yang lebih sempurna dan lebih
baik.
Di bulan Ramadhan Anda juga menanti malam-malam mulia, saat kebaikan
tercurah. Malam ketujuh belas adalah malam bersejarah yaitu ketika
pertolongan teoritis dan praktis terwujud nyata dalam perang Badr, saat
dua pasukan saling berhadapan.
فِئَةٌ تُقَاتِلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَأُخْرَى كَافِرَةٌ يَرَوْنَهُمْ
مِثْلَيْهِمْ رَأْيَ الْعَيْنِ وَاللَّهُ يُؤَيِّدُ بِنَصْرِهِ مَنْ
يَشَاءُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
Segolongan berperang di jalan Allah
dan (segolongan) vang lain kafir yang dengan mata kepala melihat
(seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah
menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang
mempunyai mata hati. (QS. Ali I mran: 13)
Lailatul Oadar jatuh pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Bahkan sepuluh malam ini merupakan malam-malam
tajalli,
karena itu hendaklah Anda menggembleng jiwa di dalamnya dan
membersihkannya dari urusan-urusan dunia. Menghadaplah kepada Allah
dengan shalat, munajat, dan terus-menerus berdoa, karena Allah menyukai
orang yang terus-menerus berdoa. Barangsiapa memiliki waktu luang,
hendaklah beri'tikaf dan tidak keluar dari masjid kecuali untuk
kebutuhan yang mendesak, karena i'tikaf adalah sunah Rasulullah SAW. dan
dilaksanakan pula oleh orang-orang shalih. Adapun yang mempunyai
kesibukan, setidaknya supaya beri'tikaf di malam hari. Jika sepuluh
malam terakhir bulan Ramadhan datang, beliau SAW. "mengencangkan
sarung", melaksanakan qiyamul lail, dan membangunkan istri-istrinya.
Ketahuilah bahwa interaksi yang dikehendaki di bulan Ramadhan adalah
interaksi dalam ketaatan kepada Allah, tidak dalam permainan. Tetapi
yang dilakukan manusia justru sebaliknya, mereka menjadikan Ramadhan
sebagai bulan kelalaian dan permainan. Di antara mereka ada yang
menghabiskan waktu-waktu di bulan Ramadhan di kelab-kelab, tempat-tempat
hiburan, dan kafe-kafe. Di antara mereka ada juga yang mendatangi
seorang fakih di satu ruangan untuk membaca Kitabullah di dalamnya,
setelah itu mereka meninggalkannya ke ruangan lain untuk
berbincang-bincang semaunya, tidak mendengarkan ataupun mcntadabun ayat
Al-Qur'an.
Suatu ketika Ibnu Masud ra. berlalu di hadapan sekelompok orang yang
berada di sisi jalan. Ia berkata kepada mereka, "Para sahabat Muhammad
biasa saling berkunjung karena Allah." Mereka menjawab, "Motif kami
keluar dari rumah tidak lain adalah saling berkunjung karena Allah." Ia
berkata kepada mereka, "Bergembiralah. Saya pernah mendengar Rasulullah
SAW bersabda,
Kamu semua tetap dalam keadaan baik, selama masih saling mengunjungi.
Karena itu, Ikhwan sekalian, hendaklah Anda semua menjadikan bulan ini
sebagai bulan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
melaksanakan tradisi yang dilakukan oleh salafus-shalih radhiyallahu
'anhum. Semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Sayidina
Muhammad, juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya.
[Sumber: Ceramah-ceramah Hasan Al-Banna, Keutamaan Ramadhan]