Minggu, 13 Januari 2013

Memilih Idola, Memilih Teman Berhimpun


Sebagai manusia biasa, tentu kita punya banyak idola. Biasanya, idola kita gunakan sebagai role model. Istilahnya, kita sering berupaya untuk menjadi seperti idola kita, disadari atau tidak, dengan berbagai kadarnya.
Ada yang menjadi sedikit mirip, bahkan tak jarang yang niru habis-habisan. Entahlah, semakin tua zaman sepertinya mengidolakan menjadi semacam penyakit akut yang sangat membahayakan. Bukan hanya untuk diri sendiri, melainkan juga untuk pihak lain.
Sebenarnya, tak ada yang salah dalam hal mengidolakan. Bahkan, Nabi Muhammad, manusia paling mulia, pernah suatu kali berkata, “Kalian akan dikumpulkan dengan orang yang kalian cintai.”
Hadits ini, adalah sebuah petunjuk. Jika di dunia ini kita mengidolakan Lady Gaga, misalnya, maka kelak ketika mati sebelum bertaubat, maka kita akan dikumpulkan pula bersama sang pemuja setan itu. Sebaliknya, jika di dunia ini kita sangat mengidolakan Rasulullah, dan para sahabat serta para penerusnya, insya Allah kelak kita akan dikumpulkan bersama beliau bersama orang-orang baik lainnya. Dan,seterusnya. Siapapun yang menjadi idola kita, maka kelak bersamanyalah kita akan dihimpunkan. Sehingga, tidaklah mungkin seorang buruk yang kelak dihimpun bersama orang baik. Juga sebaliknya.
Lantas, apa yang perlu diluruskan?
Pertama, hati-hati dalam memilih idola. Pilihlah orang-orang yang telah jelas selamat di dunia dan akhirat. Sehingga ketika kita mengidolakan dan menirunya, hanya satu hal yang kita dapatkan : beruntung.
Kedua, bijaklah dalam bersikap. Begini maksud saya, zaman membawa kita pada sebuah fase ‘edan’. Dimana yang baik nampak buruk, yang buruk nampak bagus. Sehingga, tak jarang kita salah dalam mengidolakan. Kesalahan ini berlanjut pada sikap mendewakan siapa yang kita idolakan. Padahal, dia sama manusianya, belum tentu selamat dunia dan akhiratnya juga.
Fenomena ini menjadi semakin marak, contohnya pun banyak sekali.
Pernah melihat Gubernur yang dikerubuti warganya hanya untuk bersalaman? Padahal, sang gubernur jarang diliput tengah menghadiri kajian, mengisi kajian atau sholat berjama’ah di masjid atau di rumah bareng keluarganya? Bahkan, ketika sang Gubernur diundang untuk dzikir bersama warga di malam tahun baru, ia lebih memilih begadang bersama warga lain dengan hura-hura kembang api di pusat kota.
Contoh lain, pemuda atau pemudi yang berjingkrak ria ketika penyanyi idolanya manggung. Padahal, si penyanyi pernah terbukti bermain ranjang bersama wanita ‘ajnabi’. Lebih lanjut, dikabarkan bahwa ia terlibat dalam arisan seks. Memalukan. Kita berlindung kepada Allah dari sikap demikian. Parahnya lagi, penggemarnya itu kebanyakan adalah kaum wanita. Padahal, dalam kasusnya itu, jelas sekali bahwa ia telah melecehkan banyak wanita. Mungkin saja, si penyanyi dan penggemarnya itu lupa, bahwa ibunya adalah seorang wanita.
Dalam kasus ini, kita hanya bisa mengelus dada, sembari berdoa. Semoga Allah melindungi kita dan keluarga serta kaum muslimin mukminin dari godaan setan yang terkutuk. Semoga Allah memberi hidayah kepada mereka dan mempertahankan hidayah yang telah diberikanNya. Aamiin.
Contoh terkahir ini juga tak kalah bahayanya, ketika sekelompok manusia kita lihat berebut dalam menjabat tangan atau mengajak foto orang yang diidolakannya. Jika sekedar berjabat tangan dan berfoto, tak masalah. Masalahnya adalah ketika jabat tangan itu dianggap keramat, kemudian fotonya itu dianggap ‘wah’, ‘keren’, dan seterusnya.
Semoga kita bisa lebih bijak dalam mengidolakan apapun. Karena sejatinya, yang paling layak kita tiru dari awal sampai akhir, hanyalah manusia mulia bernama Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlanjut kepada para sahabat dan penerusnya. Itu saja, bukan selainnya.
Sholluu ‘alannabii Muhammad….
(Sumber : Fimadani.com)

0 komentar:

Posting Komentar