Kami yakin Allah SWT mengirinkan sebuah isyarat besar kepada kita semuanya bahwa ini adalah momentum pemebenahan diri sekaligus momentum kebangkitan PKS

Kami yakin Allah SWT mengirinkan sebuah isyarat besar kepada kita semuanya bahwa ini adalah momentum pemebenahan diri sekaligus momentum kebangkitan PKS

Kami yakin Allah SWT mengirinkan sebuah isyarat besar kepada kita semuanya bahwa ini adalah momentum pemebenahan diri sekaligus momentum kebangkitan PKS

Sabtu, 19 Mei 2012

Refleksi Kader Tarbiyah: Mengingat Siapa Kita Dahulu?


Ilustrasi (inet)
dakwatuna.com - Muhasabah adalah sarana untuk menghisab diri di dunia. Generasi sahabat biasa melakukan muhasabah diri di waktu-waktu yang mereka punya, di kala bangun tidur, di kala mau tidur, setelah shalat, setelah makan dan kesempatan lainnya. Salah satu cara sahabat melakukan muhasabah ialah merasakan kenikmatan Islam dengan mengingat diri mereka yang dahulu berada di kejahiliyahan. Umar bin Khattab RA pernah tersenyum-senyum sendiri di saat sedang melakukan muhasabah karena Umar bin Khattab pernah memakan patung Tuhannya dulu di masa kejahiliyahan. Umar bin Khattab RA tersenyum karena begitu jahilnya dia dahulu sebelum masuk Islam, kita sendiri bisa bayangkan betapa “lucunya” sebuah “Tuhan” bisa dibuat dan bisa dimakan oleh diri kita sendiri, begitulah Umar bin Khattab RA dia yang membuat Tuhan dari tepung gandum, di saat dia lapar dia sendiri yang memakan “Tuhannya”.
Generasi sahabat melakukan muhasabah dengan mengingat kejahiliyahan ialah dengan maksud betapa luar biasa nikmat, karunia, rahmat yang Allah berikan kepada mereka yaitu Islam. Islam telah menunjukkan kesadaran yang mendalam bagi sahabat Umar bin Khattab RA akan Tuhan semesta alam ialah Allah SWT. Islam pula yang telah menjadikan generasi sahabat yang tak hanya Umar bin Khattab menjadi generasi terbaik sepanjang masa yang tidak ada penggantinya.
Saudaraku, tulisan di atas adalah pengantar untuk mengajak diri kita bersama, kader tarbiyah sebagai aktivis dakwah untuk merefleksikan diri tentang “siapa diri kita dahulu”? Sebenarnya tulisan ini adalah hasil pengamatan dari fenomena berjalannya dakwah di kampus oleh kader tarbiyah.
Banyak yang lupa akan dirinya ketika “kita” telah menjadi tokoh di lingkungan. Banyak pula yang lupa akan dirinya ketika “kita” sudah punya wawasan dan kemampuan berpikir yang luas akan hal Islam, politik, dakwah, ekonomi, pergerakan, fenomena umat, dan lainnya. Banyak pula yang lupa ketika “kita” sudah mengetahui kebaikan dan kekurangan jamaah ini. Banyak pula yang lupa di saat “kita” sudah punya kapasitas keilmuan, komunikasi, financial, dan kapasitas diri yang lain. Banyak pula yang lupa ketika “kita” telah banyak mendapatkan keuntungan yang banyak sekali di saat “kita” berada dalam barisan ini.
Lupa apanya? Lupa dari mana kita dibesarkan. Lupa dari mana kondisi dan lingkungan apa kita banyak belajar. Lupa siapa yang menyambut diri kita dengan ukhuwah, lupa siapa menempatkan diri kita melebihi orang lain. Bertanya kepada diri kita, kenapa saya bisa terkenal? Kenapa saya bisa tahu banyak hal tentang Islam, politik, dakwah, ekonomi, berwawasan? Kenapa saya bisa mendapatkan amanah, kenapa saya bisa tampil bicara di depan publik? Kenapa saya bisa mengetahui ukhuwah dan memiliki kenalan, memiliki saudara yang banyak?
Siapa dahulu kita? Seorang yang tidak kenal apa itu Islam, seorang yang tidak tahu apa itu pergerakan. Siapa dahulu kita? Seorang yang tidak tau persaudaraan itu seperti apa, seorang yang tidak terkenal, seorang yang tidak apa itu dakwah, bagaimana caranya? Seorang yang tidak bisa memimpin, seorang yang tidak berani tampil di publik, seorang yang tidak berkapasitas.
Begitu banyak di antara “kita” yang telah menjadi “mereka”. Mereka berseberangan dengan kita di saat mereka sudah mendapatkan keterkenalan, ketika mereka sudah mendapat keuntungan yang amat banyak pada diri mereka, tetapi hanya karena kecewa akan suatu hal, mereka berseberangan bahkan memusuhi kita. Mereka membongkar aib-aib kita, mereka mencaci-caci kita, memberi tahu ke public strategi-strategi dakwah, opini-opini gelap, lalu mereka buat barisan yang isinya hanya bentuk kekecewaan terhadap barisan ini. Apa yang mereka kecewakan? Mereka kecewa ketika di antara kita ada yang melakukan kesalahan, mereka kecewa ketika mereka harus mengalah dalam hal jabatan, seolah-olah jamaah menyingkirkannya, seolah-olah jamaah tidak memperdayakannya, mereka kecewa ketika teladan mereka tidak sesuai idealitas mereka, mereka kecewa hanya karena di antara kita kurang memperhatikannya. Mereka hina dan pojokkan ustadz, mereka tidak mau menggunakan ilmu yang disampaikan oleh ustadz yang ada kaitannya dengan barisan “kita”, padahal ulama mereka adalah ulama kita dan ulama kita adalah ulama mereka, yang menyedihkan mereka bangga menggunakan pendapat-pendapat orang yang bukan berasal dari Islam. Memang kita berdakwah untuk jabatan? Memang kita berdakwah karena ingin perhatian orang? Memang kita berdakwah karena ustadz?
Sedih rasanya, melihat mereka yang dahulu satu lingkaran bersama kita saat ini menjadi berseberangan bahkan tidak berdakwah. Sedih rasanya, melihat mereka yang dahulu bersama kita berdakwah sudah tidak berdakwah. Sedih rasanya, karena mereka yang harus kita hadapi.
Ingat ini barisan manusia bukan barisan malaikat tetapi barisan ini adalah barisan manusia yang punya azzam yang sangat kuat menjadi barisan yang malaikat pun menangis, yang malaikat pun memohonkan ampunan dan berdoa, malaikat pun malu kepada barisan ini. Memang bisa jadi “kita dan mereka” menjadi besar karena dirinya sendiri, memang semuanya berasal dari Allah, tetapi lingkaran ini, barisan ini dimana kita dan mereka juga dibesarkan.
Orang yang ada di dalam barisan ini belum tentu adalah kita dan orang yang ada di luar kita bisa jadi mereka adalah kita. Orang yang banyak kecewa pastilah dia akan kecewa lagi, begitu pula dengan barisan yang berisikan orang-orang yang pernah kecewa, tidak berarti di dalam barisan itu tidak ada kekecewaan, bahkan bisa pasti di dalam barisan itu mereka juga akan menemukan sebuah kekecewaan.
Kecewa karena dunia mengantarkan diri ini jauh dari agama, dan tak ada kecewa karena akhirat.
Siapa kita dahulu?
Wallahu a’lam.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20207/refleksi-kader-tarbiyah-mengingat-siapa-kita-dahulu/#ixzz1vGq5F1WG

Minggu, 13 Mei 2012

HNW: Saya Bukanlah Kader Terbaik, Antum yang Berjuanglah yang Terbaik

8/5/2012 | 17 Jumada al-Thanni 1433 H | Hits: 2.515
Oleh: Yass Ferguson


Hidayat Nur Wahid (yass)
dakwatuna.com - “Yas, besok kita liputan Hidayat Nur Wahid!”
Mbak Ningsih mengirimkan satu pesan di BBM. Tanpa perlu waktu lama aku segera mengiyakannya. Sudah cukup lama berselang aku tidak ikut liputan.
Dan sekarang, Ustadz Hidayat Nur Wahid. Sosok yang aku mengenalnya sejak dulu. Sosok yang tanpa pernah terduga akhirnya terpilih menggantikan Bang Sani sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
“Pada hari itu DPP memanggil saya. Sesampainya di sana, Ustadz Luthfi menyerahi saya map berisi mandat kepada saya sebagai calon gubernur DKI Jakarta.”
Suara Pak Hidayat malam itu di tengah komunitas para seniman sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Ustadz bersahaja itu. Ustadz yang sudah kuakrapi sosoknya sejak dahulu. Ustadz yang masih sederhana. Masya Allah… tergidik aku berdiri sendiri sambil memutar memori berpuluh-puluh minggu yang lalu.
***
Hujan sudah sepenuhnya turun. Halilintar saling menyambar. Hadirin yang datang hari itu masih dilingkupi suasana yang menyesakkan dada. Suara sesegukan menahan air mata terdengar di setiap sudut. Mata-mata itu membekas merah.
Ustadz Hidayat Nur Wahid lalu berdiri entah di mana. Aku tidak dapat melihatnya. Sesaknya manusia yang hadir menempatkan aku di lantai dua gedung sekolah itu. Tapi suara beliau masih terdengar jelas dalam riuhnya hujan. Berat dia berkata.
“Hari ini kita kehilangan sosok yang begitu kita cintai,” ujarnya kemudian tertahan menahan gelegak tangis yang menghujung.
Peristiwa itu. Wafatnya Ustadz Rahmat Abdullah yang menyesakkan dada. Menjelang pengantaran jasad beliau, Ustadz Hidayat selaku sahabat almarhum diberikan kesempatan memberikan sambutan. Berat rasanya mengingat memori-memori itu. Tapi bermula dari sanalah maka aku mulai kagum dengan Ustadz Hidayat. Memang waktu itu kekagumanku padanya belum sebegitu besar sebagaimana aku kagum pada Ustadz Ahmad Heryawan dan Ustadz Rahmat Abdullah. Tapi pengantar beliau itulah yang akhirnya membuat aku semakin kagum padanya.
Lalu Idul fitri menjelang. Aku masih tingkat satu di kampusku. Ustadz Hidayat akan menjadi khatib di Apartemen Rasuna tak jauh dari rumahku. Waktu itu Masjid Al-Bakrie belum lagi berdiri. Dan Ustadz Hidayat datang dengan setelan jas berwarna putih. Usai shalat Id, aku menyalami beliau. Dan penuh kehangatan dia merangkul aku dalam pelukan ukhuwahnya. Aku dan kawanku sempat meminta berfoto bersamanya dan dengan ramah beliau melayaninya dengan penuh senyum. Moment itulah yang selanjutnya semakin menambah kekagumanku padanya.
Setelah itu beliau terpilih menjadi Presiden PKS menggantikan Ustadz Nur Mahmudi. Kiprah beliau menahkodai partai ini sungguh luar biasa. Aku semakin cinta dengan partaiku dan kagum dengan beliau. Namun satu yang kurang kusukai dari beliau, pada saat pidato yang terkesan kaku dan datar. Hal ini sempat menjadi bahan pembicaraan hangat di lingkungan mingguan aku. Guru mingguanku pernah berpendapat agar beliau menyewa jasa PR untuk melatih cara bicaranya.
Dan tahun 2004, Ustadz Hidayat terpilih menjadi ketua MPR dengan perjuangan yang penuh drama. Aku ingat saat-saat itu ketika tersungkur untuk bersujud syukur dan tersenyum lebar saat wakil beliau, seorang pengusaha wanita, ribut minta dicarikan kerudung untuk menutup kepalanya. Lalu kubaca tulisan Ustadz Nabiel Musawwa tentang beliau yang menimbulkan rintik-rintik di mataku. Kesederhanaan yang terperangkap dalam sosok penuh sahaja itu.
Waktu yang terus mengalir tak membuatku berhenti mengikuti berita tentangnya. Teringat lagi saat kru televisi swasta yang membatalkan syuting di rumah beliau hanya karena rumahnya yang sempit dan tidak muat dengan kamera-kamera besar kru itu. Kepergian istri beliau karena sakit sampai akhirnya beliau dijodohkan dengan Ibu Diana yang akhirnya menjadi istri beliau sekarang. Aktivitas beliau juga sungguh luar biasa. Beliau tak segan menggotong-gotong mayat korban tsunami di Aceh. Pernah aku juga melihat beliau membersihkan lumpur banjir di suatu daerah Jakarta.
Banyak perubahan yang terjadi. Gaya bicara dan retorika beliau yang sudah tidak lagi membosankan. Beberapa humor terkadang menyelip dalam pembicaraan beliau. Namun kesederhanaan itu masih saja melekat di dirinya. Membuat aku menatap haru akan seorang pejabat negara yang begitu sederhana dan bersahaja. Ketika banyak teman yang kecewa pada para qiyadah kami, sungguh rasanya malu bila melihat kesederhanaan yang beliau tunjukkan. Dan kekaguman itu semakin membesar saja padanya.
***
Liputan pertamaku setelah Ustadz Hidayat resmi menjadi calon gubernur Jakarta adalah saat diajak Bang Irfan ke Kali Krukut.
Dia yang datang paling pertama. Dengan hanya menggunakan pakaian yang sederhana, Ustadz Hidayat melayani permintaan wawancara para wartawan dengan ramah. Tak lama dia menyantap sate ayam dan mempersilakan para wartawan serta para warga untuk mengambil makanan yang telah dibeli olehnya. Bukan hanya gerobak sate tapi ada juga gerobak gorengan, gerobak bubur, gerobak siomay, dan lainnya yang dia datangkan khusus untuk warga Kali Krukut. Dan aku juga menyaksikan bagaimana dia turun ke tepian kali lalu berbincang-bincang dengan seorang bapak yang ada di situ. Tak lupa ia juga memberikan bingkisan untuk bapak itu.
Kali lain aku mengikuti Ustadz Hidayat keliling Jakarta seharian. Dia ditemani sang istri, Dokter Diana Abbas Thalib. Dia menyapa para warga di dengan penuh keramahan. Mengajak seorang Ibu tua berfoto bersamanya, menggendong seorang anak kecil layaknya anak sendiri, mengajak seorang pemilik warung bercakap-cakap sambil mendengar keluhan pemilik warung itu. Dan ketika seorang ibu-ibu tua menarik beliau untuk menyinggahi rumah seorang mantan bu lurah yang memelihara anak-anak yatim, beliau dan istri mendengarkan dengan seksama. Kemudian tanpa disangka beliau berkata, “Ibu, kami mohon maaf hanya bisa menyumbang 10 juta saja,”
Subhanallah…mata ibu itu pun berkaca-kaca dan mengucapkan syukur berkali-kali.
Lalu beliau menuju Utara Jakarta. Membeberkan program untuk para manula, menjadi imam shalat Zhuhur di sebuah masjid di mana dulu Ustadz Ahmad Heryawan pernah menjadi khatib di sana tak lama kemudian berhasil menjadi gubernur Jawa Barat. Makan bersama para manula tanpa ada keistimewaan khusus. Ke Barat Jakarta menjajal bajaj berdua sang istri dan saat Didik J. Rachbini datang bergabung dengan beliau, Ustadz Hidayat langsung memeluknya erat. Lalu bagaimana dia membesarkan hati ibu-ibu dengan program kesehatannya. Hingga ketika seorang ibu meragui apa yang dijanjikannya, sang istri memberikan opininya,
“Bapak orang yang sukar sekali untuk berjanji bila tak mungkin bisa ditepati. Jadi saya bisa memastikan apa yang diucapkannya hari ini bukanlah janji yang tidak akan dia tepati.”
Ya Allah… aku menyaksikan segala aktivitasnya yang tanpa sedikit pun beliau memerlukan penjaga-penjaga berbadan kekar. Ustadz Hidayat begitu membaur dengan masyarakat.
Dan kesederhanaan itu…. masih melekat utuh di tubuhnya. Menampilkan diri apa adanya dan penuh sahaja. Menyapa ramah setiap manusia dan mengakrabi mereka tanpa kenal lelah. Ya Allah ustadz…. tidak ada yang berubah dari kesederhanaan itu.
Hingga terakhir aku menemuinya, siang di sebuah gelanggang olahraga, dia menolak dengan halus sebutan sang pembawa acara yang mengadakan bahwa dia adalah KADER TERBAIK.
“Bukan, saya bukanlah kader terbaik. Kader terbaik partai adalah Antum semua yang telah berjuang untuk partai ini. Saya hanya-lah bagian dari Antum semua,” ujarnya merendah.
Dadaku membuncah mendengar sanggahan logis itu. Terasa berdesakan air ingin keluar. Ya Allah….
Ustadz Hidayat masihlah seperti yang dulu. Ustadz yang masih sederhana. Cara bicaranya, penampilannya, segalanya… Allah, adakah peluang baginya untuk memimpin Kota Jakarta? Teringat aku akan ucapan seorang teman.
“Antum semua yang bekerja di bawah tapi yang di atas memperkaya diri sendiri!”
Masya Allah…apakah dia tidak pernah melihat kesederhanaan itu? Lalu aku terbayang wajah-wajah ustadzku. Ustadz Hidayat, Ustadz Khoirudin, Ustadz Abu Ridho, Ustadz Surahman…. rasanya tak mungkin jika mereka memperkaya diri sendiri…
Rabighfirly Fantal kariimuu! Wa’fu ya rabbii Fantar rahiimuu! Ustadzku masih seperti yang dulu. Ustadz yang masih sederhana.

Jakarta, 30 April 2012
22.22 pm with Raef
Beribu harapan yang membuncah untuk beresin Jakarta…
Insya Allah…

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/05/20353/hnw-saya-bukanlah-kader-terbaik-antum-yang-berjuanglah-yang-terbaik/#ixzz1uhe1cemJ

“PKS Mendingan Bubar Aja Deh…”

9/5/2012 | 18 Jumada al-Thanni 1433 H | Hits: 31.757
Oleh: Fuad Aris


Logo PKS "Bekerja untuk Indonesia"

dakwatuna.com - Bismillahirrahmanirrahim…
Kita berbicara tentang sebuah partai politik di Indonesia kali ini, bukan Partai Demokrat sang pemenang pemilu 2009 atau pun Golkar pemenang pemilu 2004 atau PDIP pemenang pemilu tahun 1999, partai ini belum pernah menjadi pemenang pemilu, prestasi terbaiknya “hanya” menduduki peringkat ke-4 di Pemilu 2009 dan belum berhasil mencapai target suara yang telah dicanangkan, yaitu 20 juta suara di Pemilu 2009.
Partai itu adalah Partai Keadilan Sejahtera atau PKS. Partai  yang didirikan di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 9 Jumadil ‘Ula 1423 bertepatan dengan 20 April 2002. PKS adalah kelanjutan dari Partai Keadilan yang didirikan pada hari Senin, tanggal 26 Rabi’ul Awwal 1419 bertepatan dengan 20 Juli 1998.
Partai yang sudah melahirkan banyak tokoh dalam blantika politik Indonesia, seperti Nurmahmudi Ismail (mantan menteri Kehutanan dan sekarang Walikota Depok), Hidayat Nur Wahid (mantan ketua MPR) Tifatul Sembiring (Menkominfo), Gatot Pudjo Nugroho (Plt. Gubernur Sumatera Utara), Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Irwan Prayitno (Gubernur Sumatera Barat), Sa’aduddin (Bupati Bekasi) dan tokoh lainnya. Partai ini pun banyak menghasilkan  politisi muda yang cerdas, seperti Anis Matta, Fahri Hamzah, Andi Rahmat, Mahfudz Sidiq, Nasir Djamil, Mustafa Kamal dan politisi muda lainnya. Barisan wanitanya pun tak kalah hebat terlahir dari Partai ini, seperti Yoyoh Yusroh, Nursanita Naustion, Ledya Hanifa serta lainnya. Bukan di bidang politik saja, Partai ini pun banyak menelurkan para sastrawan hebat seperti Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, M. Yulius dan lain-lain.
Tapi bukan kehebatannya yang akan kita bicarakan saat ini. Ini masalah nasib PKS saat ini yang terasa “memprihatinkan”. Lihat saja beberapa bulan lalu mereka dikejutkan dengan manuver dari mantan pendiri mereka, sang Presiden PKS dikatakan sebagai mantan mujahidin Afghanistan yang membuat para pemilih PKS yang tidak terlalu “ekstrem” dalam masalah jihad memikirkan ulang untuk memilih PKS karena takutnya PKS punya “hidden agenda” untuk Indonesia. Lalu sang Presiden dilaporkan ke BK DPR-RI karena menerima uang dari Jusuf Kalla yang sudah dibantah sendiri oleh JK. Sang pelapor tidak membawa bukti apa-apa, selain “katanya”. Sekjennya pun dilaporkan ke KPK terkait dugaan penggelapan dana yang sudah di-clearkan juga karena jumlahnya berbeda dengan yang diaudit KPUD DKI kala itu. Belum lagi masalah 3 petingginya yang poligami, lalu laporan ke polisi tentang presidennya dan polisi menolak laporan tersebut. Semua ini jelas terlihat bahwa memang PKS saat ini sedang memprihatinkan.
Lihat saja, mana ada liputan tentang pekerjaan para kadernya di tingkat grassroot, adakah liputan tentang Forsitma (Forum Silaturahmi Majelis Ta’lim) atau liputan bahwa kader-kader partainya selalu mengadakan bakti sosial di tiap 2 bulan?? Tidak ada, yang ada paling hanya cibiran bahwa mendekati majelis ta’lim karena ingin suara, “mengadakan baksos kok pake cerita-cerita, itu riya namanya”. Apalagi yang dibutuhkan masyarakat sekarang bukan ikan tapi pancing, baksos cuma buat masyarakat jadi manja tidak mau bekerja, semua ini PKS-lah penyebabnya!!!
Ketika RATUSAN RIBU kadernya turun ke jalan untuk menyuarakan keadilan untuk sesama di belahan bumi lainnya, media pun melakukan korupsi berita, paling hanya ditulis ratusan atau ribuan, dan komentar yang akan muncul hanya “PKS selalu membuat sulit warga Jakarta dengan demonya, buat macet aja!!!” semua ini PKS-lah penyebabnya!!!
Tak pernah ada juga liputan tentang kader-kadernya yang berjasa, mereka lupa perda larangan merokok lahir dari para anggota DPRD dari PKS, kenaikan gaji PNS dan Tunjangan Kinerja Daerah untuk PNS DKI pun lahir dari tangan-tangan mereka, yang ada hanya “larangan merokok melanggar hak manusia dan menaikkan tunjangan PNS hanya membuat sembako tambah melambung” semua ini PKS-lah penyebabnya!!
Bukan hanya dari kalangan external, dari kalangan umat Islam pun PKS seperti “pesakitan” mereka dianggap berdakwah dengan cara yang haram, demokrasi itu haram!!! Karena mayoritas ulama mengatakan itu (yang ketika ditanyakan siapa saja ulamanya, tidak pernah dijawab) padahal ini hanya masalah khilafiyah saja. PKS juga dianggap telah keluar dari ciri khas dakwah mereka, semuanya sekarang berjas dan naik mobil mewah, “biasanya tuh PKS jalan kaki, masak sekarang naik mobil, gak militan!!” Sudah keluar dari khithahnya, karena para petinggi nya sudah hubbuddunya (cinta dunia) maka para umat Islam hari ini pun semakin banyak yang mengejar dunia, semakin banyak membuat usaha biar dapat penghasilan yang banyak… semua ini PKS-lah penyebabnya!!!
Mereka pun sekarang serba salah, seperti cerita tentang poligami misalnya, ketika ada yang mengatakan bahwa poligami beberapa petinggi PKS bermasalah, maka semua mencaci…”astaghfirullah ustadz kok begitu, pada zina semua” tapi ketika ditegaskan tidak ada yang bermasalah, karena PKS tidak melarang poligami, semua mencaci juga ,“ustadz gatel, doyannya kawin doang”
Ketika berita keburukan mereka ada di suatu media, lihatlah link-link lainnya tentang berita itu, banyak sekali, jika kita buka satu persatu, inti pemberitaannya sama, cuma judulnya saja. Media sedang menggiring pembaca mau baca berita yang mana saja, media sedang menghidangkan para pembaca judul yang berbeda, terserah mau baca yang mana intinya PKS buruk citranya.
Kalian pasti pernah dengan berita bahwa anggota dewan PKS tertanggap main judi kan?? Pasti, karena berita itu dimuat di semua media. Tapi tahukah kalian bahwa anggota dewannya sudah dipecat?? Tahukah Anda bahwa anggota dewan tersebut berasal dari eksternal PKS? Yang dirangkul untuk memastikan bawah PKS memang partai terbuka?? Hhmm sepertinya itu bukan berita yang bagus buat media, kecuali beberapa saja. Karena “bad news tentang PKS” adalah “good news” untuk media.
Sekarang posisi mereka serba salah,  ketika era tanzhimi dulu, kader PKS dikatakan eksklusif, tidak membaur dan ini tidak akan memuluskan dakwahnya, karena Islam itu rahmatan lil alamin, tidak tersekat, semua harus bisa menerima manfaat dari Islam, karena Islam bukan hanya untuk kader saja tapi untuk seluruh lapisan masyarakat. Tapi ketika PKS memproklamasikan bahwa mereka adalah partai terbuka, siapa saja boleh jadi anggotanya (bukan hanya kader) mereka pun dicaci, menghalalkan segala cara untuk dapat suara, berteman dengan kafir bahkan ada yang mengatakan semuanya akan masuk neraka (kayak neraka punya dia aja).
PKS, oh PKS, kasihan sekali nasib kalian, apapun yang kalian lakukan akan ada penentangnya, mending mundur sajalah, bubarkan partainya, kan enak tidak perlu mendengar cibiran banyak orang? Jangan nekad deh PKS. Ada bom buku di Utan Kayu aja, kalian kena getahnya. Jangan-jangan ketika misalkan kader kalian menjadi presiden suatu saat nanti, akan ada kudeta berdarah dari masyarakat, karena kalian tidak pernah disuka.
Tapi, ya kalau kalian tetap nekad, tetap kuat dengan cibiran semua pihak, tetap kokoh strukturnya, tetap membaca Qur’an walau buat acara di hotel, tetap membina ribuan halaqah yang di dalamnya membicarakan kebaikan, tetap banyak mendirikan sekolah islam terpadu dan pesantren-pesantren tahfizh, tetap kuat bekerja di grassroots, membina majelis ta’lim, membina pengajian kantoran, pengajian karang taruna, membina banyak majelis ta’lim membina rohis-rohis sekolah dan LDK kampus, ya sudah, saya tidak bisa banyak berkata, kau teruskan saja apa yang selama ini sudah kau lakukan, wahai PKS.
Dan izinkan aku ada di dalam barisan kalian, seraya meneriakkan takbir dan berkata “bekerja untuk Indonesia adalah ibadah”.

Topik:
Keyword: , , , ,

Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (4-habis)

Minggu, 13 Mei 2012, 06:05 WIB
Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (4-habis)
Dua striker Newcastle United, Papiss Cisse dan Demba Ba melakukan selebrasi sujud syukur usai mencetak gol. Cisse membantah telah bertengkar dengan Ba.

REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Setelah Zinedine Yazid Zidane gantung sepatu dari dunia sepakbola, dunia Islam siapakah pesepakbola Muslim generasi berikutnya yang mampu semahsyur legenda sepakbola Prancis itu.
Di bagian keempat atau terakhir ini, ada tiga pesepakbola Muslim yang sedang naik daun bersama klubnya.

10. Yaya Toure (Manchester City/Timnas Pantai Gading)
Yaya Toure menjadi bintang Manchester City saat mencetak dua gol ke gawang Newcastle United. Tapi dalam pesta perayaan, ia menolak menerima sebotol besar champagne saat pesta kemenangan di ruang ganti. "Maaf! Saya tidak minum alkohol. Saya Muslim," ujar Yaya Toure seraya menyerahkan botol besar champagne ke Joleon Lescott, rekannya.

Saat masih di Barcelona, Yaya Toure adalah imam bagi dua rekannya; Eric Abidal dan Seydou Keita. Ketiganya selalu menyampatkan diri shalat berjamaah, dan Toure dianggap memiliki pengetahuan keagamaan yang lebih dibanding Abidal dan Keita.

Ketika Yaya Toure memutuskan pindah ke Manchester City, Abidal dan Keyta menjadi orang yang paling kehilangan. Dalam salah satu kesempatan wawancara dengan salah satu radio, Abidal sempat mengatakan. "Kami kehilangan imam."

11. Sulley Muntari (AC Milan/Timnas Ghana)
Nama aslinya adalah Sulleyman Ali Muntari yang merujuk pada nama Nabi Sulaiman AS. Gelandang Inter Milan yang dipinjamkan ke AC Milan itu beberapa kali kerap merayakan gol dengan sujud syukur. Hal ini mengundang reaksi positif dari komunitas Muslim di Italia. Banyak yang berkata, Muntari menunjukkan dalam kebahagiaan setinggi apa pun (dalam hal ini mencetak gol), seorang Muslim tetap menunjukkan kerendahannya di depan Allah dengan bersujud).

12. Pappis Cisse (Newcaslte United/Timnas Senegal)
Penyerang yang sedang naik daun ini adalah seorang Muslim yang taat. Bersama koleganya Demba Ba, dan Hatem Ben Arfa, Cisse kerap melakukan selebrasi kemenangan dengan melakukan sujud syukur. Kabar baiknya, pelatih the Magpies, Alan Pardew mengaku berencana menyediakan mushala di stadion 

Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (3)

Sabtu, 12 Mei 2012, 19:58 WIB
.
Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (3)
‘’Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam." (Franck Ribery) 
REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Menjadi minoritas memang tak mudah, tapi beberapa pesepakbola Muslim yang bermain di klub elit Eropa berhasil mempertahankan imannya dan menjalankan ibadah kepada Allah SWT.

Di jilid pertama ada kisah Thierry Henry, Mesut Ozil, dan Samir Nasri sebagai pesepakbola Muslim Eropa yang mampu mempertahankan keimanannya, sementara di jilid kedua ada kisah Kolo Toure, Eric Abidal, dan Karim Benzema. Di bagian ini, ada tiga pesepakbola Muslim Eropa lainnya yang harus mempertahankan keimanannya kepada Allah, di tengah godaan dunia.

7. Nicolas Anelka (mantan Chelsea/Timnas Prancis)
Ketika Chelsea masih dibesut Andres Villas Boas, sang pelatih menyuruh pemain yang sedang puasa untuk tetap berada di meja makan. Anelka dan pemain Muslim the Blues lainnya hanya bisa melihat rekan-rekannya makan dengan lahap. Meski begitu, dia tidak tergerak untuk membatalkan puasa. “Walau iri, saya tetap harus berpuasa,” tegas punggawa Timnas Prancis itu.

Dalam satu kesempatan lain, Anelka yang memeluk Islam pada 2004 itu mengatakan, Islam memberikannya kedamaian. ”Islam banyak membantu saya untuk bisa bersikap tenang dan berkonsentrasi dan memiliki semangat tinggi. Saya senang menjadi seorang Muslim, sebuah agama yang tenang dan saya banyak belajar dari Islam,” tutur Abdul Salam Bilal Anelka, nama Muslimnya.

8. Frederick Kanoute (Sevilla/Timnas Mali)
Pada 2007 lalu, Frederick Kanoute menolak mengenakan kostum Sevilla karena disponsori sebuah rumah judi. Karena dipaksa menggunakannya manajemen Sevilla, Kanoute menyisati dengan menutup sponsor itu dengan lakban hitam. Ia juga dikenal sebagai pesepakbola yang ringan tangan. Kanoute pernah mengeluarkan uang dari saku pribadinya sebesar 700 ribu dolar AS (sekitar Rp 6,3 miliar) untuk menyelamatkan sebuah masjid di Kota Sevilla lantaran mau ditutup dan diubah fungsinya.

Salah satu aksi juru gedor gaek Timnas Mali yang mengundang kontroversi adalah, ketika ia melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Deportivo La Coruna di Copa del Rey. Kala itu, Kanoute menunjukkan kaus dalam yang bertuliskan 'Palestina' dalam huruf negara-negara dunia. Hal itu dilakukan Kanoute sebagai dukungan terhadap Palestina yang saat itu, sedang diinvansi Israel.

Tak ayal, aksinya dianggap sebagai pelanggaran. Kanoute pun denda. Dalam aturan FIFA, memang dijelaskan seorang pemain tidak boleh menampilkan pesan-pesan politik atau religius yang melukai pihak lain dalam bentuk apa pun. Reaksi yang bermunculan pun beragam. Ada yang menganggap tindakan Kanoute berlebihan. Ada pula yang berkata, ini adalah bentuk diskriminasi Barat terhadap Islam.

9. Franck Ribery (Bayern Munich/Timnas Prancis)
"Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepak bola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan dan saya menemukan Islam," ungkap Ribery saat ditanya perihal agama yang dianutnya.

Winger Timnas Prancis itu kepergok berdoa dengan mengadahkan tangan --laiknya seorang Muslim berdoa-- saat skuat 'Ayam Jago' melawan Swiss pada Piala Dunia 2006. Sejak itu, seantero dunia tahu winger Bayern Munich itu sudah menjadi umat Nabi Muhammad SAW.

Ia menjadi mualaf setelah menikahi seorang gadis Prancis keturunan Maroko. Ia pun menambahkan nama 'Bilal' di tengah namanya. Menjadi Muslim, Ribery menerapkan ajaran Muhammad SAW itu dalam kehidupan sehari-harinya. "Saya ini orang yang sederhana dan simpel saja," selorohnya.

Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (2)

Sabtu, 12 Mei 2012, 19:16 WIB
Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (2)
Eric 'Bilal' Abidal sedang membaca Alquran di dalam pesawat. Bek Barcelona itu dikabarkan bakal menjalani transplantasi hati dalam beberapa pekan ke depan.
REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Samir Nasri, Mesut Ozil dan Thierry Henry masuk dalam kategori pesepakbola Muslim yang menjadi teladan. Mereka acapkali menunjukkan keteguhan iman sebagai pemeluk Islam di tengah godaan kesenangan masyarakat Eropa.

Ketiganya masih memiliki beberapa saudara seiman yang juga bermain di klub-klub besar dan mendapatkan rasa hormat dari para rekan-rekannya. Berikut kisah teladan tiga pesepakbola Muslim yang merumput di liga-liga Eropa.

4. Kolo Toure (Manchester City/Pantai Gading)
Selain tangguh menjaga pertahanan Manchester City, Kolo Toure juga kuat menjaga imannya. Kehidupannya di Manchester semakin nyaman ketika mantan punggawa Barcelona sekaligus sang adik, Yaya Toure, ikut bergabung ke the Citizens.Kolo Toure termasuk pribadi yang saleh. Bahkan, ketika masih membela Arsenal, ia termasuk salah satu guru mengaji. Kini, ketika ia hijrah ke Manchester, Toure masih bolak-balik Manchester-London demi melanjutkan pengajarannya.

Siapa nyana, di balik kegarangannya di lapangan, Toure adalah sosok yang lembut dan penuh pengabdian terhadap Islam. Kendati begitu, Kolo tidak memungkiri ia sering bolong dalam menunaikan puasa Ramadhan ketika timnya bertanding. Latihan berat yang dijalani City memaksa punggawa Pantai Gading itu membatalkan puasanya. Namun, ia selalu mengganti puasa Ramadhan di lain hari. “Itu adalah konsekuensi sebagai seorang Muslim,” kata dia.

5. Eric Abidal (Barcelona/Timnas Prancis)
Setelah memutuskan memeluk agama Islam atau menjadi mualaf, Abidal menambahkan nama 'Bilal' di tengah namanya. Punggawa Timnas Prancis itu terus berupaya menjadi Muslim taat pascamengucapkan dua kalimat syahadat. Bek Barcelona ini gemar sekali membaca beberapa ayat Alquran sebelum berlaga. Di setiap sesi latihan klub, Abidal tidak pernah melupakan untuk membawa tas kecil berisi Alquran mini.

6. Karim Benzema (Real Madrid/Timnas Prancis)

Striker Real Madrid ini memiliki kemiripan dengan seniornya, Zinedine Zidane, yang berdarah Aljazair. Benzema mengaku beruntung membela Los Blancos. Alasannya ketika Madrid menjalani kompetisi di bulan Ramadhan, dia tidak sendirian menjalani puasa. Kalau sebelumnya dia bersama Mahmadou Diarra dan Lassana Diarra --yang beragama Islam-- puasa bersama. Sekarang Benzema ditemani Mesut Ozil dan Sami Khedira.

Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (1)

Inilah Kisah Teladan Pesepakbola Muslim Eropa (1)
Thierry Henry saat sujud syukur sebagai selebrasi usai mencetak gol.
REPUBLIKA.CO.ID, MANCHESTER -- Pemain sepakbola Muslim yang berlaga di liga-liga Eropa menjadi minoritas di benua biru. Karena itu, mereka acapkali harus mempertahankan keyakinannya di tengah budaya yang berbeda dengan yang dianutnya. Tidak jarang dibutuhkan ketahanan mental agar mereka mampu mempertahankan dan menjalanakan keyakinan yang dipeluk. Tujuannya tak lain agar mereka tetap eksis dan bisa berprestasi di liga yang digelutinya.

Banyak kisah monumental dari pemain Muslim yang layak diteladani. Mereka tetap menjadi Muslim taat dan profesional di lapangan. Meski banyak godaan di tengah mayoritas warga Eropa, mereka tetap bersikukuh untuk tidak larut dalam arus besar itu. Berikut beberapa kisah menggugah yang layak pembaca teladani.

1. Samir Nasri (Manchester City/Timnas Prancis)
Gelandang Manchester City ini memiliki kebiasaan membaca surat Alfatihah sebelum memulai pertandingan. Hal ini dilakukannya saat membela klub maupun Timnas Prancis.

2. Mesut Ozil (Real Madrid/Timnas Jerman)
Pemain timnas Der Panzer Jerman keturunan Turki ini, berkomitmen menjalankan perintah agama sepanjang waktu. Ketika memasuki bulan Ramadhan, ia rutin berdoa dan membaca Alquran. Sesibuk apapun kegiatannya bersama Real Madrid, Ozil selalu berusaha untuk membaca beberapa ayat Alquran.

3. Thierry Henry (New York Red Bulls/Timnas Prancis)
Striker New York Red Bulls ini, seringkali melakukan sujud mencium lapangan seperti sujud syukur sebagai selebrasi usai mencetak gol ke jala lawan. Hal itu dilakukannya sebagai sebagai tanda syukur atas capaian membawa timnya meraih kemenangan atau prestasi. Dalam episode wawancaranya yang disiarkan Al Jazeerra, Henry menegaskan keislamannya. Mantan bomber Arsenal dan Timnas Prancis ini menyangkal kalau Islam terkait gerakan terorisme.

Ini Nomor Urut Calon Gubernur DKI Jakarta

 
VIVAnews - Seluruh pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta hadir dalam penentuan nomor urut kandidat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta di Ballroom Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Sabtu malam.

Sebelum penentuan nomor urut, para pasangan calon duduk terlebih dahulu sesuai dengan nomor urut pendaftaran. Situasi semakin panas dengan sorak sorai para tim sukses.

Proses pengambilan nomor urut dibagi dengan dua cara. Pertama, pasangan mengambil nomor undian, dan nomor undian itu adalah urutan pasangan untuk kembali mengambil nomor urut. Jadi para pasangan mengambil nomor sebanyak dua kali.

Setelah mengambil nomor giliran, pasangan Jokowi-Ahok memberikan saran kepada KPU agar para pasangan kembali memeriksa nomor undian agar tidak ada yang sama.

Pasangan Fauzi Bowo pertama kali mendapat giliran untuk mengambil nomor urut. Mereka pun mendapat nomor urut satu. Kemudian giliran pasangan Faisal Basri yang mengambil nomor urut dan mereka mendapat nomor urut lima.

Giliran ketiga, pasangan Joko Widodo, mereka mendapat nomor urut tiga. Pasangan Hendardji Soepandji mendapat nomor urut dua. Selanjutnya pasangan Hidayat Nur Wahid yang mendapat nomor urut empat dan giliran terakhir, Alex Noerdin dapat nomor enam.

Berikut nomor urut pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

1.Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli pasangan calon dari Partai Demokrat.

2.Hendardji Supandji dan Achmad Riza Patria pasangan calon dari jalur independen

3. Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama pasangan calon dari PDIP dan Gerindra.

4.Hidayat Nurwahid dan Didik J Rachbini pasangan calon dari PKS dan PAN.

5.Faisal Basri dan Biem Benyamin pasangan calon dari jalur independen

6.Alex Nurdin dan Nono Sampono pasangan calon dari Golkar, PPP, dan PDS.

Nomor urut itu dipergunakan para pasangan untuk berkampanye, mensosialisasikan kepada masyarakat dan juga ada untuk keperluan surat suara.

Nomor urut itu merupakan nomor resmi, nama resmi, foto resmi yang digunakan untuk semua media sosialisasi kampanye, dan surat suara yang dicetak oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sabtu, 05 Mei 2012

Wilders Provokasi Muslim Indonesia agar Tinggalkan Al-Qur'an

bersamadakwah.com - Pimpinan Partai Kebebasan (PVV) Belanda, Geert Wilders mengajak umat Islam Indonesia agar meninggalkan Al-Qur'an dan berhenti menjadikan Rasulullah sebagai idola. Pembuat film Fitna itu juga kembali mengatakan Al-Qur'an penuh kebencian. Hal itu dikatakan Wilders dalam sebuah pidato di New York, untuk mempromosikan buku terbarunya yang berjudul Marked for Death: Islam’s War against the West and Me (Dicap Mati: Perang Islam Melawan Barat dan Saya).

Selain Indonesia, Wilders juga memprovokasi Arab, Turki, Iran, dan Pakistan dalam pidatonya itu.

"Saya mendukung mereka yang memperjuangkan kebebasan di dunia Islam sepenuhnya. Bangsa Arab, Turki, Iran, Pakistan dan Indonesia memiliki potensi besar. Jika mereka bisa membebaskan diri dari penindasan Islam, atau mereka bisa berhenti melihat Muhammad sebagai model peran mereka dan jika mereka bisa melepaskan diri dari Al-Quran yang penuh kebencian, maka mereka bisa mencapai hal-hal luar biasa," kata Wilders.

Wilders memberikan "bocoran" bukunya Marked for Death menjelaskan bahwa Islam adalah "ideologi totaliter" dan mendorong umat Islam yang mencintai kebebasan untuk berpaling dari agama Islam.

Sejak lama, Wilders menyuarakan anti-Islam. Pada 2008 lalu, ia membuat film pendek berjudul Fitna, yang menyulut kontroversi. Film itu berisi pandangannya mengenai Islam dan Al-Qur'an. Wilders juga pernah menyuarakan usulan agar pemerintah Belanda melarang Al- Qur'an.

Pada musim gugur 2010, Wilders berpidato di New York menentang pembangunan Pusat Muslim yang berlokasi beberapa blok dari Ground Zero. Ia juga memprovokasi warga New York agar melawan Islam yang ia sebut "kekuatan kegelapan dan arus kebencian."

Belakangan, masa depan politik Wilders di Belanda mulai "terpuruk" setelah ia memutuskan keluar dari koalisi pemerintah dan memilih untuk bergabung dalam kubu oposisi. Kalaupun Wilders dalam pemilu mendatang meraih suara terbanyak, ia tetap akan sulit, bahkan mungkin mustahil, untuk bisa membentuk koalisi pemerintah. Tidak ada partai politik yang mau bekerja sama dengannya. [IK/EM/Rpb]

Sumber : http://www.bersamadakwah.com/2012/05/wilders-provokasi-muslim-indonesia-agar.html